Puisi

Pulangnya Buruh Pabrik Cat Ke Rumahnya I

puisi, buruh pabrik, puisi pekerja, puisi buruh, r fahik, nusantaranews, kumpulan puisi, puisi indonesia
Buruh pulang. (Foto: Ilustrasi/Ricky Fitriyanto/Radar Semarang)

Pulangnya Buruh Pabrik Cat Ke Rumahnya I
Puisi karya R Fahik

Jam lima sore sebelum matahari terbenam
Kita bersiap-siap pulang ke pembaringan:
Kita tanggalkan debu di kaki kita
Kita tinggalkan dosa dan ruam-ruam keletihan

Sementara pabrik dan mesin-mesinnya senang tugur
Lorong-lorongnya saling mengucapkan:
“Selamat tidur dan selamat ngompol ya
Malam ini tidak ada taring mimpi.”
Dan kita kalungkan itu dalam sebuah syukur

Di luar kita mendengar arak-arakan:
Malam purba dengan purnama yang paling sempurna

Lalu kita mencium aromanya yang sumpek
Makin lama makin sengit saja rahasia senyapnya
Diam-diam menghapus keraguan kita dengan sebuah pulang yang sentosa:

Kini kita adalah jongos yang mengalami kebangkrutan stamina mencinta
Itulah sebabnya, senja selalu tepat waktu membakar ilalang
di sendang mata kita dengan sebuah padang yang tidur tenteram.

Tanggerang, 25 Juni 2019

 

 

Pulangnya Buruh Pabrik Cat Ke Rumahnya II

Mata kita menyapuh ruangan temaram itu:
tercium aroma meja, kaleng, dan sepotong senja yang senyap
Riapan cahayanya menampar-nampar wajah kita
Wajah yang mendengkur di antara peluh dan lapuk usia

Di salah satu sudut ruangannya, burung wallet yang demam
asyik mengepakkan sayapnya
Melepaskan reranting yang tidur dan sebuah cericit malam
Yang teduh. Lalu pergi dan senyap lagi

Kita akhirnya mengerti:
hari betul-betul tua, kita harus pulang

Di bawah awan sore bulan Juni, kita semua tersenyum
Meski tersembul aroma mesin yang anyir, purnama di
Mata kita tiada redup. Begitu terangnya
guratan takdir kita tampak: merambat
mengalir bersama aorta ke ranum tubuh kita yang repas

Begini, katamu, keletihan ini mesti ditinggalkan
Mesin harus didiamkan untuk mengaso sendiri
Saatnya kita mananak rindu untuk
menerima cinta yang rapuh di bisik kota dan
cinta yang lepuk di mesin pabrik

Saatnya kita membaharuinya di malam hari

Tanggerang, 26 Juni 2019

 

 

 

R Fahik lahir di Malaka. Penulis puisi dan cerpen. Cerpen dan puisi-puisinya tersebar di berbagai media cetak dan online. Beberapa puisinya terkumpul dalam buku antologi bersama, Tirai Rahasia, Surat Khianat, Sajak Berpayung Rindu, dan sebagai salah satu dari 10 nominator dalam lomba cipta Puisi Nasional Impian Seuku Bersama Nissa Sebyan. Sekarang sedang belajar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.

Related Posts

1 of 3,094