AKU
Tersungkur
Di tanah aku
Berdiam dalam
Bumi, kebodohan
Purwokerto, 2018
SUDUT HATI
Lampu yang sengaja dimatikan
Tak mampu berikan
Ruang bermain kata-kata
Ah, sudahlah dingin pun
Memaksa diam
Purwokerto, 2018
DOA
Menengadah tangan
Dalam rindu, ucapan
Tanpa nama, dongeng seseorang
Yang dilantunkan ibu
Kamboja subur
Disamping gundukan tanah
Basah, tanpa kemenyan
Purwokerto, 2018
BEGADANG
Tengah malam, semilir angin
Manusia ditelan lelap
Oleh mimpi yang ditidurkan
Dongeng malam
Cahaya redup
Sengaja dimatikan,
Tapi mata tak ikut
Terbawa, hingga
Semburat matahari
Muncul di bumi
Purwokerto, 2018
RITUAL SIANG
Siang hari di ruang itu
Habiskan sisa makan
Bertumpu kertas emas
Pusat tiga manusia
Berhadapan
Orang lewat tak di asingkan
Sudah tradisi ritual siang
Sama akan ibadah
Keikhlasan makna
Dalam sungguhan doa
Purwokerto, 2018
HARAP
Deru nafas tersengal-sengal
Percaya suatu masa
Berlalu cepat
Berpadu dalam keadaan
Lari kembali ke maha bisa
Memilih dalam dua sisi
Berjalan cepat
Atau berlari mundur
Purwokerto, 2018
Baca Juga:
- 5 Puisi Cinta Paling Menggairahkan Karya Rendra buat Sunarti
- Merinding, Ini Puisi-Puisi Kematian Karya Penyair Indonesia
- Enam Puisi Natal Penebar Damai di Bumi
Simak di sini: Puisi Indonesia
Ulfah Ayu Widyawati, lahir di Purbalingga 31-08-1998. Anak pertama dari dua bersaudara. Sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi di IAIN Purwokerto. Kegiatannya saat ini selain kuliah dan pondok yaitu menulis puisi. Punya cita-cita “Ingin Jadi Penyair Nasional bahkan Internasional” seperti guru besar dan rekan-rekanya di SKSP IAIN Purwokerto.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]