Puisi

Puisi Syukur Budiardjo

puisi, syukur budihardjo, nusantaranews, kumpulan puisi, puisi syukur budihardjo
Syukur Budiardjo. (Foto: Dok Pribadi)

Puisi Syukur Budiardjo

 

Reggae

Ketipung reggae meruntun
Nyaring Bob Marley mengalun
Tubuhku meliuk mengayun
Pikiranku meruntuk tertegun

Reggae menuntunku menari
Dalam dendang indahnya ilusi
Ketipung mendengung tinggi
Menyentak menghentak lagi

Reggae mengawang melayang
Iramanya riang nan menantang
Suaranya lantang mengumandang
Dengan reggae aku bergoyang

Jakarta, 19 Maret 2015

Kopi Jos
*) untuk Mas Agus di Yogyakarta

Gelap merayap di Malioboro Yogya
Juga di jalan sebelahnya
Lalu aku langkahi rel kereta

Malam belum benar-benar kuyup
Mas Agus masih meletup-letup
Ketika kopi jos aku hirup

Tamu-tamu duduk lesehan
Di emperan toko berhimpitan
Aku lihat lalu lalang kendaraan

Pelayan membakar arang
Bara merah membayang terang
Kuhirup kopi jos menerawang kenang

Arang membara lepas
Dimasukkan ke dalam segelas kopi panas
Seperti hidupku lalui ujian ganas

Cibinong, 7 September 2014

 

Vespa Tua
*) untuk Rizki Ramadhan

Vespa tua milik kawanku
Jadi situs sejarah masa lalu
Teronggok beku melintas waktu
Menjelma rindu jadi saksi bisu

Vespa tua di suatu masa
Menderu melaju jadi teman setia
Susuri lorong gang dan jalan raya
Bawa asa dan rindu senantiasa

Vespa tua meniti hari sepi
Pesona purba merekat hati
Meski membatu tak jua berlari
Kenangan lama selalu terpatri

Jakarta, 15 Januari 2014

 

Selfie

Satu tangan memegang hp terarah
kepada diri sendiri sambil terperangah.
Bertingkah sambil tersenyum sumringah.

Memotret wajah dan tubuh
dengan hati bergemuruh riuh.
Bersandar pada pandang berlabuh.

Mengagumi diri sendiri.
Atau memuja keangkuhan nurani
bersama narsis yang kian menjadi.

Bergaya untuk dirinya.
Memuaskan egonya. Menjulang di dunia
di antara gemerlap dan kumuh kita.

Jakarta, 13 Maret 2014

 

Puisi

Puisi adalah gemuruh gelombang di lautan
Puisi adalah gelegar guntur di kala hujan
Puisi adalah gemericik air di pancuran
Puisi adalah gemulai angin di perkampungan

Puisi adalah zikir bunga anyelir di taman
Puisi adalah rintih pohon jati di hutan
Puisi adalah dendang pohon teh di perkebunan
Puisi adalah puja pohon pepaya di pekarangan

Puisi adalah ringkik kuda di padang sabana
Puisi adalah derik jengkerik di malam gulita
Puisi adalah kaok burung gagak di pohon kelapa
Puisi adalah lolong serigala di malam purnama raya

Puisi adalah nyanyian petani di pematang
Puisi adalah tangis gadis di rembang petang
Puisi adalah teriakan demonstran yang lantang
Puisi adalah lengking muazin kala magrib menjelang

Cibinong, 26 Desember 2013

 

Kartu Kredit

kartu kredit
melilit
menghimpit
sedikit
demi
sedikit
membukit
mengungkit
menjepit
menggigit
merumit
membelit
pahit
sakit
menjerit
ke langit

Cibinong, 25 Desember 2013

 

 

 

 

 

Penulis: Syukur Budiardjo, Pensiunan Guru Bahasa Indonesia SMP di DKI Jakarta. Dengan suka hati menulis artikel, cerpen, dan puisi di media massa cetak, media online, dan media sosial. Kontributor puisi di sejumlah buku antologi bersama. Buku kumpulan puisi tunggalnya Mik Kita Mira Zaini dan Lisa yang Menunggu Lelaki Datang (Intishar Publishing, 2018). Selain itu, juga menyusun buku Strategi Menulis Artikel Ilmiah Populer di Bidang Pendidikan Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Intishar Publishing, 2018). Akun Fcebook, Instagram, dan Youtube-nya menggunakan nama Sukur Budiharjo. Email miliknya adalah [email protected]. Tinggal di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Related Posts

1 of 3,052