Puisi-puisi Romzul Falah Teruntuk Desyani Sakhbanina
Luka Yang Sama
Kepada Desyani Sakhbanina
kita sama-sama melepas cemburu pada puisi-puisi
sebagai tempat paling menenangkan
tanpa memperhatikan berapa kali kita perbaiki
kata-kata agar sedikit lebih sempurna
selalu ada diksi-diksi yang kita jumlahkan
dengan berapa kali kita terluka,
dan kita tak pernah merestui air mata
yang membekas pada pipi sebagai tangis,
kecuali air mata yang membekas pada puisi sebagai diksi
(kita sama-sama terluka dan menangis sebagai kata-kata)
Sumenep, 2018
Tafsir Bulan
Kepada Desyani Sakhbanina
Berjalanlah engkau menuju tafsir-tafsir bulan ketika purnama. Ketika rekahnya berjatuhan membentuk cahaya siluet bibir tidak lagi warna-warni. Sampai di dadamu tercipta purnama melebihi purnama kesayanganku, petani, juga para nelayan.
Gemeretak daun yang jatuh tepat di antara tanah dan cahaya keemasan itu adalah isyarat gelombang doa. Dan lekaslah engkau salami suara-suara angin, detak jantung serta yang lembab di matamu setelahnya.
Lekaslah dan jangan engkau sudahi sampai tafsir-tafsir mulai ragu menamai engkau sebagai tamu; sebagai pecahan logam dari bulan yang akan hilang terhalang awan atau terhalang siluet wajahmu sendiri.
Sumenep, 2019
Kerudung Hijau
Kepada Desyani Sakhbanina
karena kerudung itu, aku menyebutmu
sebagai alasan aku pulang, melewati jalan
yang ramai dengan cahaya kunang-kunang
dan suara angin berlawanan
karena kerudung itu, aku menyebutmu
dalam prosa yang kusandingkan dengan
setiap puisi dan diksi, dengan seekor kupu-kupu
sebagai simbol segala rindu
karena kerudung itu, adalah pengabulan doa
yang kusemogakan tak pernah salah jalan.
Sumenep, 2018