Puisi-puisi Nuraz Aji
Perempuan Kata-kata
seseorang masih mengeja di dalam rintik
kadang, ia juga menulis di dalam gerimis
membaca kemacetan di dalam hujan
bersyair kepada deras air yang mengguyurnya
ruhnya menjadi satu dengan kata-kata
hatinya puisi sepanjang matanya terbuka
tangannya menari tanpa kenal kapan dan di mana
kakinya berlari mengejar mimpi
mimpi yang masih menjadi teka-teki
yang jawabannya tiada dalam mesin pencari
bukan dalam opera mini
tapi tersimpan di atas langit yang tinggi
seseorang itu masih mengetik di tengah malam
mengumpulkan sari diksi dari reruntuhan
sisa penat kehidupan
ia masih berkebaya di atas kata-kata
tapi bercelana di luarnya
ia perempuan di dalam kertas
yang tak akan pernah kau temui
yang karyanya hidup sesaat
dan wafat setelah dimuat
Puisi Rokok
rokok itu seperti baju berduri
pelan-pelan membunuh pembeli
tapi ia juga menghidupi penjual
kau boleh bangga jadi perokok
banyak juga anak-anak yang sekolah
karena lintingannya yang laku
beasiswa tersedia sebab tembakau
pertandingan olahraga rokok sponsornya
rokok juga banyak membuka pintu usaha
banyak yang mencari rezeki di pabrik rokok
banyak yang hidup bergantung dari dengan rokok
banyak yang kenyang karena rokok
banyak yang begadang karena rokok
rokok banyak manfaatnya
tak sedikit pula penyakitnya
Friend Zone
malam ini menjadi milik kita
makan miso berdua
menghabisi waktu tanpa jeda
detik berlari dengan pasti
berlalu demikian kilat
hingga dewasa mengetuk
pintu usia kita
menikam hampa bersama
bertukar kabar dan barter
kisah-kasih yang kabur
terkubur di antara jarak yang lebur
Tuhan masih baik dengan rencana-Nya
mempertemukan kita tanpa aba-aba
tanpa jarak rahasia
tanpa sengaja
Rindu Yang Belum Jadi
ada rindu yang belum jadi
saat siang tadi
saat dia membuka kartu merahnya
sayang rindu itu terpecah lebih dulu
sebelum menjadi satu
ada rindu yang masih mentah
dan basi sebelum waktunya masak
ia berada di antara yang datang
dan yang pergi
ada rindu yang belum jadi
setelah beberapa hari dikukus
tapi gasnya habis sebelum matang
ada rindu yang belum jadi
meski sebelumnya ditanak selama tujuh hari
ada rindu yang belum jadi
sampai kini ia masih mengkal
tak lekas masak ditanak waktu
Rindu
ada sesuatu di dalam sini
yang tak tersampaikan
sehingga kegelisahan menghalang-
i aliran nafasku
aku tidur memeluk bantal
membayangkan tubuhnya adalah
tubuhmu yang nyaman
kutahu, Tuhan sudah terlalu baik
Dia sudah memberikan segalanya
meski diri ini belum berbuat apa-apa
Dia sudah siap dengan pertemuan berikutnya
sekarang giliranku hendak berjalan seperti siput
berlari atau terbang untuk menemukannya
Nuraz Aji, lahir di Klaten, 11 Februari 1996. Puisi-puisinya dimuat di media online dan offline.