Puisi

Kidung Cinta Jalaluddin Rumi

kidung cinta, jalaluddin rumi, kidung cinta jalaluddin rumi, puisi jalaluddin rumi, nusantaranews
Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri. (Foto: Hossein Behzad)

Puisi: Kidung Cinta Jalaluddin Rumi

Tanpa Cinta, Segalanya Tak Bernilai

Jika engkau bukan seorang pencinta,
Maka jangan pandang hidupmu adalah hidup
Sebab tanpa Cinta, segala perbuatan tidak akan
Dihitung Pada Hari Perhitungan nanti

Setiap waktu yang berlalu tanpa Cinta,
Akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapanNya.
Burung-burung Kesedaran telah turun dari langit
Dan terikat pada bumi sepanjang dua atau tiga hari

Mereka merupakan bintang-bintang di langit
Agama yang dikirim dari langit ke bumi
Demikian pentingnya Penyatuan dengan Allah
Dan betapa menderitanya Keterpisahan denganNya.

Wahai angin, buatlah tarian ranting-ranting
Dalam zikir hari yang kau gerakkan dari Persatuan
Lihatlah pepohonan ini ! Semuanya gembira
Bagaikan sekumpulan kebahagiaan

Tetapi wahai bunga Ungu, mengapakah engkau larut dalam kepedihan ?
Sang Lili berbisik pada kuncup : “Matamu yang menguncup akan segera mekar. Sebab engkau telah merasakan bagaimana Nikmatnya Kebaikan.”
Di manapun, jalan untuk mencapai Kesucian Hati adalah melalui Kerendahan Hati.
Hingga dia akan sampai pada jawaban “YA” dalam pertanyaan :
“Bukankah Aku ini Rabbmu ?”

 

Pernyataan Cinta

Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata
Kusimpan kasih-Mu dalam dada
Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu
Segera saja bagai duri bakarlah aku

Meskipun aku diam tenang bagai ikan
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan
Kau yang telah menutup rapat bibirku
Tariklah misaiku ke dekat-Mu

Apakah maksud-Mu?
Mana kutahu?
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu
Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu

Bagai unta memahah biak makanannya
Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa
Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara
Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata

Aku bagai benih di bawah tanah
Aku menanti tanda musim semi
Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi
Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi…

 

Cinta: Lautan Tak Bertepi

Cinta adalah lautan tak bertepi
Langit hanyalah serpihan buih belaka
Ketahuilah langit berputar karena gelombang Cinta
Andai tak ada Cinta, Dunia akan membeku

Bila bukan karena Cinta
Bagaimana sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan?
Bagaimana tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh (hewani)?
Bagaimana ruh (hewani) akan mengorbankan diri demi nafas (ruh) yang menghamili Maryam?

Semua itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju
Tidak dapat terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang
Setiap atom jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna
Dan naik ke atas laksana tunas
Cita-cita mereka yang tak terdengar, sesungguhnya, adalah
Lagu pujian Keagungan pada Tuhan…

 

Kearifan Cinta

Cinta yang dibangkitkan
Oleh khayalan yang salah
Dan tidak pada tempatnya
Bisa saja menghantarkannya
Pada keadaan ekstasi
Namun kenikmatan itu,
Jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya
Kekasih yang sedar akan hadirnya seseorang…

 

Perih Cinta

Perih Cinta inilah yang membuka tabir hasrat pencinta
Tiada penyakit yang dapat menyamai dukacita hati ini
Cinta adalah sebuah penyakit karena berpisah, isyarat
Dan astrolabium rahasia-rahasia Ilahi

Apakah dari jamur langit ataupun jamur bumi
Cintalah yang membimbing kita ke Sana pada akhirnya
Akal ’kan sia-sia bahkan menggelepar ’tuk menerangkan Cinta
Bagai keledai dalam lumpur, Cinta adalah sang penerang Cinta itu sendiri

Bukankah matahari yang menyatakan dirinya matahari
Perhatikanlah ia, Seluruh bukit yang kau cari ada di sana…

 

Cinta

Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan
Saya mencintainya dan Saya mengaguminya

Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya
Setiap orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya

Kekasih yang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai
Dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna

Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta
Yang tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan

Dia dan mereka adalah dia.Ini adalah sebuah rahasia
Jika kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya…

 

 

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sumber: http://galeribukujakarta.com

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 3,049