Puisi Denny JA – Remaja itu Tanya Soal PKI

Tak Seorang Berniat Pulang Walau Mati Menanti, 175 x 270 cm, oil on canvas, 2008. Lukisan Djoko Pekik. Foto: Dok. sahabatgallery.wordpress

Tak Seorang Berniat Pulang Walau Mati Menanti, 175 x 270 cm, oil on canvas, 2008. Lukisan Djoko Pekik. Foto: Dok. sahabatgallery.wordpress

Remaja Itu Tanya Soal PKI

Sekelompok pejuang di usia senja, menatap samudra.
Berminggu mereka renungkan masalah bangsa.
Mereka melihat gelombang laut dari seberang.
Antara ada dan tiada, terlihat kepala naga
besar sekali, raksasa, menyelinap menepi, bersama gelombang.
Pejuang tua melompat dan teriak: PKI hidup lagi!
Pejuang lain saling menatap.
Latah, mereka ikut teriak: G30S- PKI!
Kudeta!

Kisah pejuang ini heboh dan meluas,
menjadi trending topic di internet.

Seorang remaja memainkan telefon genggang. Ia latah selfie dan update status. Dibacanya beberapa berita. Ia kaget tak mengerti: PKI? G30S? Apakah itu?

Remaja inipun bertanya padaku.
Ayah, Film penghianatan PKI akan diputar kembali. Banyak yang senang. Bejibun pula yang risau. Kok putar film saja bikin polemik, ciptakan pertentangan hebat?

PKI itu sebenarnya bagaimana ayah? Tanyanya lugu.
Oh anakku, ujarku penuh sayang. kau lahir empat tahun setelah reformasi. Kulihat matanya. Hanya ada langit biru. Tiada luka dan dendam sejarah.

Kuajak anakku ke ruang kerja.
Kutunjukan peta Indonesia. Pulau Sumatra hingga Papua. Banyak perban menempel di pulau.
Bau obat masih menyengit di pulau itu,
Luka yang belum sembuh.

Kubuka satu perban di pulau Jawa.
Borok yang masih menganga.
7 jenderal dibunuh di lubang buaya.
Sungai bewarna merah. 500 ribu mayat mengapung di sana.
Tentara, umat Islam, PKI,
dan orang yang tak mengerti apa
saling bunuh dan dibunuh.

Kubuka perban di pulau buru. 12 ribu
tahanan berkelana. Kuusir lalat yang hinggap, mulai dari Aceh hingga Papua.
Tampak 30 tahun politik tak bersih lingkungan. Era reformasipun tiba mencoba menghapusnya.

Remaja itu, anakku, bertanya. Ayah apa
Itu dua raksasa yang nongkrong di atas semua pulau? Oh itu negara super power yang sedang perang dingin anakku. Tapi satu raksasa kini sudah dikubur.

Tapi bukankah komunisme sudah mati ayah? Apakah ia masih bertenaga?
Ya, anakku. Ia sudah mati sebagai ideologi.
Ayahpun tak menduga,
Ia masih bertenaga sebagai memori.

Kutunjukkan anakku foto seorang gadis.
Cantik rupanya. Sintal tubuhnya.
Namun matanya penuh luka.
Gadis itu anakku,
Seharusnya ia lebih bahagia.
Namun luka itu masih menjadi bebannya.

Siapa gadis itu? Tanya anakku.
Jawabku:
Gadis itu bernama Indonesia.
Dan luka itu bernama PKI.

September 2017

Baca: Puisi-puisi Nusantaranews.co yang lain

Denny JA, Satrawan Nasional yang Populer dengan puisi esainya.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.

Exit mobile version