HukumLintas Nusa

Protes Pendirian Masjid Papua Diharapkan Tak Jadi Polemik Berkepanjangan

NUSANTARANEWS.CO, Ponorogo – Terakait adanya keberatan atau protes atas pendirian Masjid Al Aqsha di Jayapura, Papua oleh Persekutuan Gereja-Gereja di Kabupaten Jayapura (PGGJ) dan minta dihentikan karena tinggi menara masjid yang melebihi gereja di sana mendapat reaksi dari Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur, Suli Da’im.

Seperti diketahui protes itu dilayangkan dalam bentuk surat yang ditujukan kepada pihak pemerintah dan ditandatangani oleh 15 pendeta dari Gereja-Gereja di Jayapura. “Menjadi tugas negara melindungi setiap warganya tanpa membedakan suku, agama, dan golongan,” tutur Suli Da’im, Minggu (18/3/2018).

Suli pun mengaku kejadian yang terjadi di Papua sangat disayangkan. “Karena masalah kebebesan beragama merupakan bagian dari bangsa ini yang dilindungi undang-undang dalam menjalankan sesuai agama dan keyakinannya masing-masing,” urainya.

Mantan Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Jatim ini juga menambahkan bahwa para pendiri bangsa dalam melahirkan Pancasila sebagai Dasar negara merupakan hasil kompromi dari semua agama demi keutuhan negara kesatuan RepubLik Indonesia. “Karenanya menjunjung tinggi nilai-nilai dasar berbangsa ini jangan lagi ditafsirkan sesuai tafsirnya masing-masing, namun tetap memegang teguh nilai dasar kita hormat menghormati dan saling menghargai antar umat agama yang satu dengan yang lain,” ungkapnya.

Baca Juga:  Jamin Suntik 85 Persen Suara, Buruh SPSI Jatim Dukung Khofifah Maju Pilgub

Politisi PAN ini meminta agar Kementrian terkait harus melakukan komunikasi yang seimbang dalam mencari titik penyelesaian yang berdasarkan bingkai NKRI dan mengembalikan pada dasar negara kita. “Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam tata hubungan kemasyarakatan,” tambahnya.

Selain itu pihaknya berharap agar bangsa Indonesia ini tidak mudah terpecah belah dan menjadi bangsa yang lemah. “Kita harus secara komprehensif memberikan penyelesaian ini, karena kalau ini berlarut-larut ini yang rugi juga kita semua rakyat Indonesia,” tegasnya.

Secara jelas pria asli Kabupaten Lamongan ini khawatir negara akan menjadi ajang perang saudara, dan akhirnya mereka yang akan menguasai Bumi dan kekayaan alam yang ada. “Sementara kita ribut pada hal-hal yang sesungguhnya keberagaman hormat menghormati dan gotong royong sudah melekat dalam perilaku keseharian kita,” pungkasnya.

Pewarta: Muh Nurcholis
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 6