Berita UtamaEkonomiPolitik

Proteksionisme dalam Perekonomian Cina Dinilai Justru Lebih Tinggi

NUSANTARANEWS.CO – Di tengah meningkatnya keraguan tentang masa depan perdagangan bebas dan kerjasama ekonomi internasional, para pendukung globalisasi menemukan alasan untuk optimis seiring digelarnya Forum Ekonomi Dunia yang dibuka Selasa (17/1/2017) kemarin.

Retorika proteksionis Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa mencuat selama pergelaran agenda tahunan WEF yang menarik para pemimpin dunia dan pejabat untuk membahas keadaan ekonomi global di resor Ski Davos, Swiss.

Tetapi, meskipun dorongan masif terhadap globalisasi di Barat, Menteri Luar Negeri John Kerry mengatakan peserta bahwa sudah 70 tahun perjalanan memperluas integrasi ekonomi yang dimulai setelah Perang Dunia II bukanlah perkara gampang.

Sementara itu, berbicara kepada para elit internasional, Xi Jinping percaya diri mengucapkan retorika secara berani serta menutupi low profile-nya. Para pengamat mengatakan Xi dan para pejabat China lainnya menyadari bahwa pretensi eksplisit untuk kepemimpinan di seluruh dunia dapat mengobarkan kecemasan di Amerika Serikat dan di tempat lain.

Baca Juga:  Rumah Mbah Tukiyem Sudah Tidak Bocor Lagi

“China telah sangat berhati-hati untuk tidak menggambarkan diri mereka sebagai pemimpin global,” kata Bonnie Glaser, pakar China di pusat studi strategis dan internasional yang berbasis di Washington seperti dilansir The Washington Post.

Xi sudah tampil tenang di mata para pemimpin internasional. Kerjasama internasional dan stabilitas global untuk menciptakan keseimbangan terus digaungkan di dunia barat, setidaknya ditandai dengan digelarnya WEF yang sukses menjadi buah bibir media-media di seluruh dunia.

“Secara tekstual, Amerika Serikat dan Barat tidak lagi menjadi faktor stabilisasi dalam tatanan dunia, “kata Glaser.

Ditanya tentang pidato Xi, penasehat Trump, Anthony Scaramucci mengatakan bahwa pemerintahan AS yang baru akan mendukung perdagangan bebas. Dia berpendapat, bagaimanapun, bahwa sejumlah perjanjian telah membuat AS mengalami kerugian dan hal itu tidak adil.

Untuk itu, kata Scaramucci, merevisi perjanjian tersebut akan menempatkan globalisasi secara sehat. Hal lain yang diragukan dari pertemuan tersebut (WEF) adalah tentang perdagangan bebas.

Baca Juga:  Raih 19.627 Suara, Nia Kurnia Fauzi Siap Jaga Amanah Rakyat

“Kami mengizinkan barang dan jasa mengalir bebas ke Amerika Serikat, tapi kami juga harus diizinkan barang dan jasa kami diembargo di negara lain,” kata Scaramucci. “Saat ini kami hanya meminta untuk menciptakan lebih banyak simetri dalam perjanjian perdagangan bebas,” tambahnya.

Misalnya, beberapa investor Amerika merasa bahwa Beijing telah memperlakukan perusahaan asing yang beroperasi di Cina secara tidak adil. American Chamber of Commerce, atau AmCham, merilis survei tahunan dari kondisi bisnis pada hari Selasa lalu, menemukan bahwa empat atau lima perusahaan merasa kurang diterima di negara ini daripada sebelumnya.

Mereka berpendapat bahwa pemerintah Xi berubah lebih ke arah proteksionisme karena pertumbuhan ekonomi melambat. “Keprihatinan atas bisnis adalah penegakan peraturan yang tidak konsisten dan hukum tidak jelas. Aturan yang diadopsi dan ditafsirkan untuk mendukung perusahaan lokal daripada asing,” cetus Scaramucci.

“AmCham China masih tetap mendukung partisipasi aktif dan konstruktif China dalam sistem ekonomi global,” kata dia.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Gelar Paripurna Laporan LKPJ Bupati TA 2023

Selain itu, William Zarit, mengatakan dalam sebuah pernyataan. “Namun, hal ini menjadi jelas bahwa manfaat dari globalisasi yang diambil untuk diberikan atau bahkan dilupakan, sebagai tantangan dalam mengelola komplekssitas peningkatan ekonomi modern,” kata Ketua Kamar Dagang AS tersebut.

Nouriel Roubini, ekonom di New York University menghadiri forum, mencatat bahwa Beijing telah mencegah banyak perusahaan-perusahaan Barat dari investasi di China untuk alasan politik dan ekonomi. Ia mencontohkan Facebook dan Twitter.

Roubini mengaku sempat lega ketika mendemgar pidato Xi bahwa Beijing akan melonggarkan pembatasan bank asing, broker, dan industri serta bisnis lainnya di China.

Menurut Roubini sudah jelas China pasti akan terbuka, bahkan lebih terbuka untuk perdagangan barang dan jasa. Tapi itu masih sekadar ‘katanya’. Namun iniasih akan menjadi sebuah proses. (Sego/ER)

Related Posts

1 of 41