Berita UtamaEkonomiMancanegara

Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global Yang Suram

NUSANTARANEWS.CO – Jika ekonomi dunia benar-benar kacau dan gagal mendorong pertumbuhan yang positif dalam satu atau dua dekade mendatang maka dunia akan mengalami krisis yang serius. Seperti diketahui, selama beberapa tahun terakhir, ekonomi global terus mengalami turbulensi yang sukar diramalkan.

Misalnya peningkatan pertumbuhan pasar dan ekuitas yang berjalan kuat sejak musim panas 2016. Meskipun mengalami cegukan singkat setelah Brexit, namun percepatan ekonomi ternyata tetap berjalan konstan. Demikian pula setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS dengan segala ulahnya yang menimbulkan kekacauan geopolitik.

Melihat kestabilan ini, Dana Moneter Internasional (IMF), yang dalam beberapa tahun terakhir menandai pertumbuhan global sebagai “baru biasa-biasa saja” – baru-baru ini telah merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi global dalam World Economic Outlook (WEO) 2017 sebagai koreksi prediksi WEO April 2017, di Kuala Lumpur, Malaysia, yang mengumumkan bahwa pemulihan pascakrisis ekonomi global 2008 masih berjalan sesuai koridor.

Proyeksi tersebut juga menunjukkan bahwa terjadi penguatan pemulihan global dengan pertumbuhan 3,5% pada 2017 dan 3,6% pada 2018 yang mencerminkan implikasi makroekonomi dari perubahan asumsi kebijakan dua ekonomi terbesar dunia, yakni Amerika Serikat dan Cina.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Terima Kunjungan Tim Ekonomi di Perbatasan Sabah

Lalu bagaimanakah dengan laju pertumbuhan baru-baru ini, apakah akan terus berlanjut selama beberapa tahun ke depan? Atau apakah dunia hanya mengalami siklus kemajuan sementara yang akan segera mengalami kemunduran dalam beberapa tahun terakhir? Seperti ketika peristiwa musim panas 2015 dan awal 2016, ketika para investor global terguncang oleh penurunan tajam ekonomi Cina, kenaikan suku bunga The Fed AS, serta rendahnya harga minyak dunia.

Di AS sendiri, pemerintahan Presiden Trump terus mengalami ketidakpastian dan semakin menyadarkan orang Amerika bahwa Trump hanyalah seorang plutokrat yang lebih mendahulukan kepentingan orang super kaya – sehingga menimbulkan jurang ekonomi yang dalam – yang mengakibatkan kelas menegah AS menjadi stagnan bila tidak mau dikatakan hancur.

Dalam kondisi demikian, Pemerintahan Trump malah melakukan reformasi perpajakan yang justru menyenangkan orang super kaya Amerika. Blum lagi dengan proteksi perdagangan, dan pasar tenaga kerja AS yang sudah mencapai titik jenuh serta minimnya peningkatan produktivitas – yang secara keseluruhannya kemudian melemahkan potensi pertumbuhan. Di tambah lagi dengan ulah Trump yang memicu ketegangan militer dengan Korea Utara dan Iran – yang semakin mengurangi prospek ekonomi Amerika.

Baca Juga:  Ketua PWI Pamekasan Menyebut Wartawan Harus Memiliki 5 Sifat Kenabian

Oleh karena itu, banyak analis, termasuk para ekonom di bank sentral AS Federal Reserve meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi 2 persen adalah ideal bagi AS dalam beberapa tahun ke depan.

Sementara krisis ekonomi Cina sejak terjadi penurunan tajam, para pengamat menilai bahwa antisipasi krisis kali ini lebih sulit dihadapi oleh pemerintah Beijing – terutama akibat imbas kebijakan politik pemerintah Beijing untuk memberantas korupsi di tingkat tinggi.

Di Zona Euro, pemerintah Jerman menegaskan bahwa krisis hutang Eropa tidak dapat diselesaikan dengan aksi pembersihan dalam semalam. Penanganan krisis hutang negara adalah sebuah proses yang akan berlangsung bertahun-tahun. Di depan parlemen, di Berlin, Merkel menyatakan bahwa, hanya dengan penyatuan fiskal, perbedaan di antara negara anggota Uni Eropa dapat diatasi. Selain itu, penyebab krisis Euro dapat diperangi secara efektif.

Sedangkan di Jepang, pemerintahan Abe telah menyetujui paket stimulus ekonomi senilai 28 triliun yen atau sekitar US$ 275 miliar. Paket stimulus itu adalah sebagai upaya terbaru Perdana Menteri Shinzo Abe untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Paket stimulus ekonomi tersebut termasuk pengeluaran 7,5 triliun yen untuk pemerintah pusat dan daerah selama dua tahun ke depan. Lebih dari setengah anggaran itu akan dialokasikan untuk tahun fiskal saat ini. (Aya)

Related Posts

1 of 96