Ekonomi

Prospek dan Tantangan Industri Pesawat di Indonesia

Prospek dan Tantangan Industri Pesawat di Indonesia
Pesawat N219 produksi PT. Dirgantara Indonesia

NUSANTARANEWS.CO – Prospek dan tantangan industri pesawat di Indonesia. Saat ini, di Indonesia tengah berlangsung kampanye penggalangan dana untuk membangun pesawat R80 Turbo Prop rancangan Mantan Presiden BJ Habibie. Sebelumnya pada tahun lalu Indonesia juga sukses menerbangkan pesawat N219 yang 100 persen didesain dan diproduksi di dalam negeri. Dalam Tinjauan kali ini pengamat penerbangan Gerry Soejatman memberikan ulasannya.

Penggalangan dana untuk membuat sebuah pesawat itu mustahil. Gerry menilai penggalangan dana tersebut lebih mengarah kepada nasionalisme dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Dulu masyarakat juga pernah diminta untuk menyumbang guna membeli pesawat karena Indonesia pada saat itu belum punya uang. Tapi membeli dan membuat adalah dua hal yang berbeda, membeli lebih murah daripada membuat. Contohnya, untuk membuat Boeing 737 atau Airbus 320 perlu setidaknya 8 miliar dolar, tapi kalau membeli hanya sekitar 60 hingga 80 juta dolar. Jadi menurut Gerry proyek R80 ini sangat ambisius sekali.

Baca Juga:  Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi UMKM, Pemkab Sumenep Gelar Bazar Takjil Ramadan 2024

Gerry tidak mempermasalahkan apabila proyek ini murni dilakukan oleh swasta, tapi ia berkeberatan jika harus ada campur tangan pemerintah. Gerry mengatakan, dulu ada banyak pihak yang memproduksi pesawat turbo prop dengan kapasitas 70 kursi, tetapi sekarang tinggal dua, yaitu ATR dan dan Bombardier, yang satu irit sekali yang satu lagi cepat. Sehingga Gerry mempertanyakan posisi R80 dalam menghadapi persaingan tersebut.

Selain itu Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia juga sedang mengerjakan pesawat N219, jadi semestinya Indonesia harus lebih fokus ke produksi pesawat N219, apalagi N219 dianggap penting karena menjadi desain pertama yang diluncurkan pasca krisis moneter, kata Gerry.

“N219 sudah terbang dan cocok untuk negara kepulauan, yang terpenting adalah pesawat itu laku dijual” tegas Gerry. Ia menambahkan tidak ada gunanya membuat pesawat tapi pada akhirnya tidak laku di pasaran.

Sebelumnya Indonesia sukses mengembangkan pesawat kecil lainnya CN235. Indonesia terhitung sukses dalam mengembangkan pesawat kecil.

Baca Juga:  Kondisi Jalan Penghubung Tiga Kecamatan Rusak di Sumenep, Perhatian Pemerintah Diperlukan

Gerry mengatakan, CN235 bisa sukses berkat pengembangan bersama antara Indonesia dan Spanyol. Indonesia mendesain dan membangun sayap dan ekornya sementara Spanyol membuat bagian hidung pesawat, itu adalah kolaborasi yang cukup bagus. Pesawat ini sangat laku di dunia militer.

PT Dirgantara Indonesia selaku produsen juga telah memperbaiki manufaktur komponennya dan hal itu membuat banyak negara percaya dengan perusahaan ini karena memiliki citra yang bagus dalam membuat komponen pesawat. Hal itu lah yang membuat N219 banyak dipesan dan CN235 juga masih laku di dunia militer.

Menurut Gerry, Indonesia sepatutnya lebih memusatkan perhatian pada bisnis pembuatan pesawat bukan sekadar membuatnya saja. “Indonesia memiliki banyak pakar, maka ada peluang untuk ke arah itu” kata Gerry.

(gry/sjtn)

Editor: Almeiji Santoso

Related Posts

1 of 3,050