NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – DPW Perempuan Bangsa (PB) Jawa Timur prihatin atas persoalan sosial semakin tinggi, terutama yang menjadikan perempuan sebagai korban. Sebab itu, PB Jatim menggelar Training of Trainer (TOT) Counselor dan Launching Griya Curhat Keluarga (GCK), Sabtu-Minggu (7-8/3/2020).
“Persoalan sosial yang korban terbanyaknya perempuan di Jawa Timur ini luar biasa. Kita harus segera melakukan gerakan untuk menyikapi persoalan ini dengan mendirikan GCK,” kata Ketua DPW Perempuan Bangsa Jatim Anik Maslachah, di Hotel PrimeBizz Surabaya, Sabtu (7/3/2020).
Diungkap, berdasar data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kasus HIV/AIDS secara nasional tahun 2019, Jawa Timur menduduki peringkat kedua.
“Data dari itu secara nasional, Jatim jumlah pendiduknya 38.000.850. Dari jumlah itu 43.339 warga Jawa Timur terjangkit HIV/AIDS. Nah, dari angka ini, ibu rumah tangga terjangkit sehingga menular ke janin 16.844 orang atau 38,8 persen,” ungkap Anik, yang juga Wakil Ketua DPRD Jatim.
Ditambahkan, peringkat kedua terbanyak adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) berjumlah 1.247 kasus. Sebanyak 83,7 persen, korban KDRT adalah perempuan.
“Belum lagi kekerasan seksual ada 1.890 per hari ini di Jatim. Beberapa variabel ada, pemerkosaan 846. Pelecehan seks 331, penyiksaan seks 33, eksploitasi 38 kasus,” papar Anik.
“Perlu tangan-tangan yang bergerak menyelesaikan, yaitu Perempuan Bangsa untuk mampu mengubahnya,” tegas Anik.
Target kegiatan ini, lanjut dia, terbentuk fasilitator yang siap melakukan follow up ke cabang sampai terbentuk Griya Curhat Keluarga di 38 kabupaten dan kota.
“Harus bisa terbentuk institusi yang dilegalkan terdaftar di Bakesbangpol masing-masing kota/kabupaten, seluruh Jawa Timur,” tegas Anik.
Sementara itu, Ketua DPP Perempuan Bangsa Siti Mukaromah mendukung penuh langkah yang dilakukan DPW PB Jatim. Diharapkan GCK juga bisa dibentuk di daerah-daerah lain.
“Griya Curhat Keluarga adalah bentuk konkret Perempuan Bangsa menyikapi persoalan-persoalan yang ada,” kata perempuan yang akrab dipanggil Erma ini.
Kader Perempuan Bangsa harus mampu berkontrubusi. Mampu menjadi wadah perempuan curhat. tidak ke mana-mana.
“Kita benar-benar menjadi tempat curhat. Jangan sampai perempuan itu curhatnya mblabrah (tidak tentu arah),”katanya.
Jika berhasil, lanjut Erma, maka Griya Curhat Keluarga ini akan dibentuk di provinsi lain. “Persoalan ini terjadi tidak hanya di Jawa Timur, tapi juga di semua daerah,” ungkap anggota Komisi VI DPR RI ini. (try)