NUSANTARANEWS.CO – Dikutip dari The Independent seorang pria bernama David Fogel menceritakan tentang bibinya yang meninggal secara menyedihkan. Bibinya didiagnosis kanker lambung ganas di usia 56 tahun.
Kanker lambung merupakan jenis kanker yang menggerogoti lambung, yaitu organ pencernaan berbentuk kantong di tengah rongga perut manusia. Penyakit ini dapat diidap oleh orang-orang pada segala usia, meski sebagian besar penderitanya berusia 55 tahun ke atas.
Fogel menjelaskan betapa menyiksa hidup sang bibinya. Dimana selama 24 bulan sang bibi menjalani hidup dalam situasi yang melelahkan sebelum akhirnya merenggang nyawa.
Lima belas tahun berlalu, penderitaan yang dialami sang bibi, masih menjadi trauma tersendiri bagi Fogel. Dirinya ingat jelas bagaimana penderitaan sang bibi yang terkena kanker lambung.
Sama dengan sang bibi, setelah melakukan tes genetika DNA, Fogel ternyata mewarisi gen langka pemicu kanker lambung. Dirinya sadar bahwa penderitaan yang pernah dialami bibinya belasan tahun silam tak mungkin ia kuat tanggung.
Maka pilihan ekstrem sekaligus gila ditempuh Fogel. Hanya ada satu dari dua piliham, hidup tanpa lambung atau mati akibat kanker lambung? Maka Fogel memilih pilihan pertama, mengganti susunan genetik dengan mengeluarkan perutnya. Pria berusia 41 tahun ini sadar sekalipun kematian yang ujungnya akan ia terima.
Pada Oktober 2017, ayah dua anak ini kemudian menjalani gastrektomi di National Institutes of Health. Para dokter memotong perutnya dan menyambungkan esofagus ke ususnya sebagai sistem pencernaan barunya.
Gastrektomi merupakan pengangkatan seluruh atau setengah bagian lambung untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk obesitas, kanker kerongkongan dan kanker lambung. Prosedur ini juga dikenal dengan istilah reseksi lambung.
“Bagi saya, ini bukan otak yang bisa dilepas dari perut saya,” kata Fogel, yang tinggal di Silver Spring. “Berada bersama bibiku dan memerhatikannya menjalani proses kematian dengan kanker perut, itu sudah cukup.”
Berkat kemajuan ilmu gen selama dua dekade terakhir, pengangkatan seluruh lambung menjadi salah satu pilihan ekstrim bagi Fogel. (*)
Editor: Romandhon