NusantaraNews.co, Jakarta – Presidium PENA ’98, Aznil mengungkap bahwa di balik suksesnya negosiasi negara Indonesia dengan PT Freeport Indonesia (PTFI). Ternyata, kata dia, selain Ignasius Jonan dan Sri Mulyani, ada sosok Archandra Tahar di belakangnya.
Seperti diketahui bersama, Amerika akhirnya per tanggal 29 Agustus 2017 kemarin menandatangani kesepakatan 3 syarat diminta Presiden Jokowi yaitu: Divestasi 51%, membangun Smelter dan Pajak serta royalti ke negara harus lebih tinggi dari sebelumnya.
Aznil menyatakan, Archandra Tahar adalah sosok putra Minang di balik tunduknya Amerika mengikuti ketentuan Indonesia di bawah perintah Jokowi. “Archandra Tahar adalah seorang yang cerdas dan lurus. Dia bersama Jonan tidak datang ke Freeport bernegosiasi meminta jatah buat mereka atau tunduk kepada kehendak Amerika. Tapi mereka berunding dengan penuh harga diri,” tutur Aznil saat dikonfirmasi redaksi NusantaraNews.co, Jumat, 1 September 2017.
“Kasus PTFI membuat saya deg-degan akhir-akhir ini. Sebuah kengerian menghantui saya akan terjadi sebuah peperangan sesama anak bangsa yang saling bantai jika tidak hati-hati menghadapi perpanjangan kontrak tambang emas di Papua ini,” kisanya.
Amerika, sebut Aznil, bisa saja membuang rasa kemanusiaannya dan menghalalkan segala cara menguasai Indonesia yang kaya sumber daya alam dengan mengadu domba sesama anak bangsa (Indonesia). Misalnya, seperti pada peristiwa Tragedi Kemanusiaan 1965.
Bahkan, kata dia, Presiden Soekarno yang garang selama ini melawan keadidayaan Amerika pun akhirnya tumbang juga karena tidak sanggup lagi menghadapi kondisi rakyatnya yang sudah saling bantai di tengah masyarakat.
“Paranoid saya itu ditambah gencarnya isu “PKI Bangkit” dan “antek aseng” dimainkan oleh kelompok lawan politik Jokowi yang membuat suhu politik semakin memanas. Selain itu, isu sentimen-sentimen agama begitu masif, sistematis dan terstruktur digoreng oleh kelompok bertopeng agama yang bisa menimbulkan konflik horizontal maha dahsyat sesama anak bangsa,” tuturnya.
“Salah satu korban dari percikan dari hasutan fitnah-fitnah dan berita hoax bermodus agama itu adalah saya sendiri, dimana saya ditusuk saat selesai melaksanakan sholat isya berjamaah di masjid karena saya dituding pendukung penista agama dan dari partai pendukung PKI,” imbuhnya.
Maklum, lata Azni, karena banyaknya pelaku politik berambisi menjadi presiden dan menang pada pemilu 2019 maka adu domba makanan empuk dimainkan Amerika untuk menggolkan penguasaan tambang emas oleh PT Freeport.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa, para sumbu pendek sangat mudah terhasut sentimen-sentimen agama dan jargon-jargon nasionalis yang sok idealis yang tidak mengerti politik dan kondisi Indonesia, sehingga membangkitkan mereka untuk bertempur melawan orang dianggapnya pengkhianat dan penista Islam.
“Namun alhamdulillah bangsa ini bisa melaluinya dengan damai meski kemarin-kemarin sempat tegang atas serangan kaum sumbu pendek tersebut,” ujarnya.
“Salut saya pada Jonan, Archandra dan Sri Mulyani bisa menyelesaikan perpanjangan kontrak tambang emas ini dengan damai dan secara terhormat penuh harga diri sebagai bangsa Indonesia,” curah Aznil.
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman