Berita UtamaMancanegaraPolitik

Presiden Trump: Saatnya Menyerang Iran

NUSANTARANEWS.CO – Iran telah mematuhi seluruh isi kesepakatan yang tercantum dalam Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Namun, Presiden Trump tampaknya hendak mencari-cari alasan guna membatalkan kesepakatan program nuklir Iran tersebut. Sementara Prancis berusaha keras mendesak Kongres Amerika agar tidak menyetujui Presiden Trump yang menolak mengesahkan perjanjian nuklir Iran.

Pada sisi lain, pernyataan Presiden Trump yang menyebut Korps Pengawal Revolusioner Iran (IRGC) sebagai organisasi teroris telah mengundang kemarahan Iran. Provokasi Trump terhadap Garda Revolusi Iran itu, telah memancing reaksi keras dari Komandan IRGC Mohammad Ali Jafari: “Jika pernyataan bodoh itu benar, maka Garda Revolusi akan menganggap seluruh tentara Amerika itu sama seperti ISIS di seluruh dunia.”

Bayangkan bila pasukan IRGC bertindak sesuai dengan pernyataan sang komandan maka pasukan AS sebagai target – ada 10.000 tentara AS di Irak – maka hanya dalam jarak beberapa langkah saja AS dan Iran akan segera perang.

Baca Juga:  Pesawat Yang Hlang Kontak di Nunukan Berhasil Ditemukan. Pilot Selamat dan Mekanik Meninggal

Bukan rahasia lagi bila Israel, Arab Saudi dan UEA sudah bertahun-tahun mendorong AS agar menyerang Iran. Israel bahkan telah menyiapkan skenario militer preemptif dengan tujuan menyerang fasilitas nuklir Iran. Namun, AS belum memberi lampu hijau bagi tindakan Israel tersebut.

Sekedar mengingatkan bahwa pada tahun 1981, jet tempur Israel berhasil menghancurkan fasilitas nuklir Osirak Irak yang pada saat itu sedang dibangun oleh rezim Saddam Hussein. Lalu pada tahun 2007, fasilitas nuklir Suriah pun diam-diam dihancurkan oleh Israel.

Tidak ada indikasi bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berubah pikiran mengenai masalah ini. Bahkan telah meminta Presiden Trump untuk menolak kesepakatan itu, yang pada gilirannya akan menempatkan AS dalam jalur untuk berperang dengan Iran.

Beberapa orang berpendapat bahwa Trump sedang berusaha menghancurkan kesepakatan nuklir Iran. Meski tidak ada bukti bahwa para pendukungnya memperhatikan masalah ini, tapi Eli Clifton melihat bahwa sekelompok donor partai Republik terkemuka telah membuat komentar ekstrem terkait masalah nuklir Iran.

Baca Juga:  Gus Imin Maju Pilpres, PKB Jawa Timur Juara Pileg 2024

“Sejumlah besar donor kampanye dan donor pertahanan terbesarnya telah membuat komentar ekstrem mengenai Iran dan, setidaknya dalam satu kasus, telah menganjurkan penggunaan senjata nuklir melawan Republik Islam,” tulis Clifton bulan lalu.

Pendiri Home Depot milyarder Bernard Marcus, misalnya, telah memberi Trump US $ 101,700 untuk membayar biaya hukum Trump dan Donald Trump Jr setelah penyelidikan terhadap campur tangan pemilihan Rusia. Lalu Milyuner hedge fund Paul Singer yang juga pendonor besar kelompok pro-perang di Washington yang diandalkan Trump untuk mendapatkan dukungan finansial. Pendonor yang paling terkenal adalah miliarder Sheldon Adelson yang telah menyumbang US $ 35 juta untuk kampanye Trump. Semua donor tersebut, telah mendorong AS untuk berperang dengan Iran, bahkan Adelson menyarankan Presiden Trump agar AS menggunakan senjata nuklir untuk menyerang Iran.

Opsi AS menyerang Iran pada beberapa bulan yang lalu adalah suatu gagasan yang tidak realistis. Tapi setelah mendengar nasehat dari para donornya, Sekretaris Negara, Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Gabungan serta langkah kontroversial Trump terhadap kesepakatan nuklir Iran – tiba-tiba semua menjadi berubah. Apakah sudah saatnya AS menyerang Iran! (Banyu)

Baca Juga:  Layak Maju Bupati, Muda-Mudi Kristen Jember Sebut Dukungan Untuk Gus Fawait Terus Mengalir

 

Related Posts

1 of 84