Politik

Presiden Jokowi: Indonesia Butuh Internasionalisme

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dalam sambutan pembukaan di acara Ocean Rim Association (IORA) Tahun 2017, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai arus perubahan globalisasi teknologi yang tengah berlangsung saat ini adalah suatu keniscayaan. Perkembangan pesat teknologi merupakan sebuah kenyataan yang tak bisa dielakkan.

Situasi ini juga akan berpengaruh terhadap hubungan bilateral dengan negara-negara di dunia. Denga kata lain, era mellenial telah menicptakan situasi bordelles, yakni situasi tanpa batas.

Dimana bangsa-bangsa di seluruh dunia, dengan kemudahan teknologi mampu menerobos ruang, jarak dan waktu. Dalam praktiknya, kondisi ini menjadikan tatanan sosial, mulai dari ekonomi dan politik global semakin intim dan nyata dalam berinteraksi dan melakukan gesekan satu sama lain.

Presiden Jokowi paham bahwa gejala-gejala tersebut merupakan tantang baru di era globalisasi era mellenial. Untuk itu dirinya menilai bahwa di tengah situasi tersebut, Indonesia perlu menggalang internasionalisasi. Gelaran KTT IORA menurut presiden Jokowu menurutnya adalah salah satu bentuk penggalangan internasionalisasi dengan mengusung kerjasama bidan ekonomi dan politik.

Baca Juga:  Pleno Kabupaten Nunukan: Ini Hasil Perolehan Suara Pemilu 2024 Untuk Caleg Provinsi Kaltara

“Karena teknologi globalisasi tak bisa dielakkan lagi, kita semakin membutuhkan internasionalisme. Kita butuh ciptakan solusi atas tantangan yang timbul,” kata dia, Selasa (7/3/2017).

Jokowi berpendapat, perubahan kondisi dunia terutama dalam perkembangan teknologi, mendorong negara-negara terutama Indonesia bekerjasama dengan negara-negara dalam lingkup yang besar. Ia menuturkan, globalisasi menimbulkan tantangan-tantangan baru yang mungkin berbeda-beda bagi setiap negara. Dirinya berpandangan bahwa internasionalisme adalah solusi untuk mengatasinya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menjelaskan bahwa momentum IORA kali ini tidak hanya untuk memperbincangkan tentang situasi ekonomi politik global saja. Melainkan lanjut juga untuk mencari titik temu tentang meningkatnya proteksionisme disejumlah kawasan.

“Berbagai tantangan seperti konflik, terorisme, ketidakpastian ekonomi dan politik global, meningkatnya populisme dan proteksionisme di sejumlah kawasan memaksa kita untuk memperkuat dialog dan kerja sama,” kata Retno.

Penulis: Romandhon

Related Posts

1 of 500