Praktik Crony Capitalism Perbengkak Gap Kesenjangan Rakyat Indonesia

Praktik Crony Capitalism Perbengkak Gap Kesenjangan Rakyat Indonesia/Ilustrasi: NUSANTARAnews

Praktik Crony Capitalism Perbengkak Gap Kesenjangan Rakyat Indonesia/Ilustrasi: NUSANTARAnews

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menyatakan fenomena bribe and extortion atau praktik yang lazim disebut dengan crony capitalism, sebagaimana yang menjadi pemicu mundurnya Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-Hye, juga masih massif terjadi di negara-negara berkembang dan maju, termasuk juga di Indonesia.

“Misalnya saja jika kita lihat data yang dirilis The Economist, crony capitalism index di Indonesia masih sangat tinggi. Posisi Indonesia di tahun 2016 meningkat ke peringkat ke-7 di dunia dibanding di tahun 2014 pada posisi ke-8,” kata Fadli dalam siaran persnya, Sabtu (11/3/2017).

Simak: Mundurnya Presiden Korsel, Peringatan Penguasa Agar Tak Menyalahgunakan Kekuasaan

Menurut Fadli, data tersebut menggambarkan bahwa di Indonesia, praktik bisnis yang memanfaatkan pengaruh lingkaran kekuasaan negara masih cukup tinggi dan bahkan memburuk dalam dua tahun terakhir.

“Meningkatnya praktik crony capitalism tersebut juga turut berkontribusi pada tingginya gap kesenjangan di tengah masyarakat Indonesia. Sehingga, meskipun terjadi pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhannya tidak inklusif, dan tidak ada pemerataan kesejahteraan,” terangnya.

Berangkat dari peristiwa di Korsel tersebut, Fadli mengingatkan agar penguasa di Indonesia tidak menjalankan kekuasaannya di luar mandat yang telah digariskan konstitusi.

“Di era yang semakin terbuka, kontrol politik terhadap penguasa akan semakin kuat. Tidak hanya kontrol dari parlemen, namun juga pengawasan dari masyarakat luas,” kata politisi Partai Gerindra itu menegaskan. (rsk/dnm)

Editor: Sulaiman

Exit mobile version