Prajurit TNI Harus Mahir Berperang ala Urban Warfare

Prajurit TNI menggunakan Tank Leopard (depan) saat peringatan ke-68 Hari Jadi TNI di Skuadron 2 Halim Perdana Kusumah, Jakarta, Sabtu (5/10). Tank Leopard merupakan perlengkapan persenjataan TNI terbaru yang diperkenalkan pertama kali pada Peringatan Hari Jadi TNI kali ini. Foto: Dok. ANTARA/Ujang Zaelani

Prajurit TNI menggunakan Tank Leopard (depan) saat peringatan ke-68 Hari Jadi TNI di Skuadron 2 Halim Perdana Kusumah, Jakarta, Sabtu (5/10). Tank Leopard merupakan perlengkapan persenjataan TNI terbaru yang diperkenalkan pertama kali pada Peringatan Hari Jadi TNI kali ini. Foto: Dok. ANTARA/Ujang Zaelani

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menilai bahwa rencana Pemerintah mengirim prajurit TNI ke Filipina sesuai permintaan Presiden Duterte itu mesti memenuhi beberapa syarat. Salah satunya ialah kemahiran perang a la Urban Warfare prajurit TNI yang dikirim.

“Kesiapan prajurit TNI yang dikirim juga harus meliputi kemahiran Perang a la Urban Warfare sesuai dengan kondisi geososial dan geografis Filipina. Saya khusus mengulas sejauh mana hadapi Urban Warfare itu,” kata Susaningtyas Kertopati dalam tulisan analisisnya seperti dikutip Nusantaranews.co, Selasa, 4 Juli 2017.

Ia menjelaskan bahwa Urban warfare adalah peperangan kota. Para prajurit bertempur melawan insurgencies yang berbaur dengan masyarakat umum.

Peperangan seperti ini, lanjutnya, berlangsung di kota atau perkampungan padat penduduk di mana insurgencies melakukan penyamaran dan menyerang pasukan saat lengah. Taktik tempur sama dengan peperangan gerilya dan anti gerilya. Bedanya dengan gerilya adalah medan tempur di hutan.

“Urban warfare sangat mengandalkan akurasi intelijen untuk bisa mendeteksi posisi insurgencies yang tersebar. Pasukan pemerintah harus bisa merebut hati rakyat agar berpihak sepenuhnya kepada pasukan pemerintah yang sah. Urban warfare juga harus bisa memutus garis logistik insurgencies dengan cepat dan tepat sehingga kemampuan tempur insurgencies bisa dipatahkan,” jelasnya.

Dia menambahkan, jadi pokoknya urban warfare itu medan tempurnya di kota. Jadi perlu latihan khusus karena standar prajurit bertempur di hutan atau pegunungan yang sepi penduduk..Sedangkan TNI dikenal pakarnya gerilya karena kita dulu yang mengajarkan ke tentara Vietnam tahun 1950-an.

“Menurut saya Duterte itu ngerti sejarah, makanya yang diminta itu TNI bukan tentara lain,” ujarna.

“TNI punya taktik yang lebih hebat karena konsepnya adalah Urban Warfare dirubah menjadi Jungle warfare. Insurgencies harus bisa didesak keluar kota atau perkampungan baru bisa diselesaikan. Konsep itu yang jadi unggulan kita,” imbuh Susaningtyas Kertopati.

Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman

Exit mobile version