Politik

Prabowo-UAS Dinilai Kuat, Jokowi Diminta Cermat Memilih Cawapres

Elektabilitas Jokowi (Joko Widodo) menuju Pilpres 2019. Foto: Dok. Liputan6
Jokowi. (Foto: Dok. Liputan6)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kabar diwacanakannya Ustad Abdul Somad (UAS) sebagai cawapres (calon wakil presiden) untuk mendampingi Prabowo Subianto di pemilihan presiden 2019 (pilpres 2019) dinilai memiliki bergaining kuat. Itulah mengapa, Joko Widodo (Jokowi) sebagai petahana menurut Direktur Presidential Studies DECODE UGM Nyarwi Ahmad diminta cermat untuk memilih pandampingnya sebagai capawres.

Nyarwi menjelaskan, peran dan pengaruh ulama saat ini sangat besar terhadap publik tanah air. Karenanya, ia menegaskan, apabila Jokowi tak cermat dalam memilih pasangan nanti di Pilpres 2019, maka bukan tidak mungkin Jokowi bisa kalah.

“Sekarang posisi ulama semakin kuat, dan ini juga perlu dipertimbangkan juga untuk prioritas cawapres,” kata Ahmad Nyarwi dalam diskusi publik yang digelar di kawasan Menteng, Minggu, 5 Agustus 2018.

Baca Juga:
Keluhkan Kebocoran Ekonomi, Jokowi Sudah Diingatkan Prabowo pada 2014 Silam

Dirinya menambahkan, adanya kaitan antara simbolisasi ulama dan narasi populisme Islam yang terus menguat, sebenarnya menurut Nyarwi akan semakin meringankan kinerja partai.

Baca Juga:  Ketum Gernas GNPP Prabowo Gibran Deklarasikan Pemilu Damai Jaga NKRI Bersama 163 Komunitas Relawan

“Maka itu dua-duanya (Prabowo dan Jokowi) menurut saya harus kerja keras memilih cawapres dalam kaitannya yang punya magnet ke kalangan umat Islam,” pungkasnya.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Ketua Dakwah Khusus Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Muhammad Ziyad menilai dalam konstalasi mencari pemimpin, maka sosok pemimpin dalam konteks Indonesia harus merepresentasikan keberpihakannya terhadap suara mayoritas.

Baca Juga:
Daftar Pilpres Tanggal 8 Agustus, Prabowo Kantongi Nama AHY dan UAS
Soal Pasangan Cawapres, Prabowo Dinilai Dalam Posisi Sulit

Menyitir dari hadits Nabi, Al Imamu min Quraishin bahwa pemimpin itu dari Bani Quraish sebagaimana yang diulas ulang oleh ahli hukum dan politik asal Irak, Abu Al Hasan Al Mawardi, Muhammad Ziyad menilai bahwa kata Al Quraish bila di Indonesia dapat diartikan sebagai komunitas mayoritas.

“Dalam konteks Indonesia Al Quraish adalah komunitas yang menjadi mayoritas. Kalau secara keagamaan umat Islam di Indonesia, maka berarti pemimpin adalah harus merepresentasikan dalam konteks keberpihakan pada mayoritas,” kata Ziyad.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Resmikan Pemanfaatan Sumur Bor

Editor: Romadhon

Related Posts

1 of 3,080