
NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Calon presiden Prabowo Subianto dinilai telah menyampaikan pandangan dan rencana strategis di debat kedua capres yang berlangsung pada Minggu (17/2) malam. Kendati tak terlalu detail, Prabowo dianggap telah menunjukkan keberpihakaannya kepada rakyat.
Sebaliknya, ekonom Rizal Ramli memandang secara umum Jokowi lebih sibuk mempertahankan dan mengkampanyekan hal-hal yang telah dikerjakannya. Hanya saja, kata dia, selama 4 tahun terakhir janji kampanye Jokowi tentang kedaulatan pangan semakin jauh dari jangkauan dan semakin sulit untuk tercapai. Dengan kinerja seperti itu, kata Rizal Ramli, nyaris tidak mungkin mencapai cita-cita kedaulatan pangan.
“Apalagi fokus terbesar hanya soal stabilitas harga. Artinya, kebijakan impor akan tetap menjadi strategi penting dari pemerintahan Jokowi yang akan datang. Tidak ada pergeseran strategi yang penting, kecuali mengulang praktek-praktek lama yang gagal. Apalagi kebijakan impor yang jor-joran tersebut ditunggangi oleh kartel pemburu rente. Jokowi sama sekali mengabaikan pemburu rente tersebut dalam merusak kedaulatan pangan Indonesia,” jelas Rizal Ramli seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jakarta, Senin (18/2/2019).
“Prabowo memang tidak terlalu detail. Tetapi itikad, komitmennya untuk menciptakan kedaulatan pangan menjadi kenyataan sangat tegas dan jelas. Dan yang paling penting, keberpihakannya kepada kepentingan petani pangan, petani kebun, dan nelayan sangat kuat,” sambung mantan Menteri Kemaritiman tersebut.
Kata dia, keberpihakan Prabowo tersebut merupakan kunci dan arah penting dari arah kebijakan. “Kelihatannya Prabowo tidak ingin bekerja untuk petani di Thailand, Vietnam maupun pedagang garam besar di Australia,” imbuhnya.
“Kita surprise bahwa capres Prabowo menyatakan akan menurunkan tarif listrik yang selama ini sangat memukul daya beli golongan menengah ke bawah, pengguna listrik 450 kWh dan 900 kWh. Mereka termasuk kategori miskin dan nyaris miskin,” lanjut ekonom senior tersebut.
Dia menjelaskan, mahalnya tarif listrik adalah salah satu penyebab merosotnya daya beli masyarakat golongan menengah ke bawah sejak dua tahun terakhir.
“Keinginan Prabowo untuk menurunkan tarif listrik untuk golongan miskin dan nyaris miskin tersebut sangat membantu daya beli mereka dalam waktu cepat. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal ini,” terangnya.
(eda)
Editor: Eriec Dieda