Prabowo-Gibran Menangi Pilpres Satu Putaran

Prabowo-Gibran Menangi Pilpres Satu Putaran

NUSANTARANEWS.CO, Ponorogo – Konstalasi Pemilihan Presiden 2024, semakin dinamis. Berkembang cukup ramai narasi pilpres sekali putaran versus pilpres dua putaran.  Pro kontra narasi dengan segala argumentasinya menjadi diskursus, perdebatan, dan polemik, yang mewarnai ruang publik.

Menurut Anggota Komisi 2 DPR RI, Supriyanto, kalangan kampus, dan para ilmuwan politik belum melakukan kajian secara mendalam dalam perspektif objektif, dan ilmiah. Mereka masih terjebak dalam suasana kebatinan, terseret arus partisan dukung mendukung capres-cawapres sesuai preferensinya.

Lebih lanjut Supriyanto mengulas secara kompreshensif, mengkaji fakta lapangan, dalam persepektif teknis. “Saya Prediksi Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka  akan memenangkan pilpres 2024 dalam sekali putaran,” kata Supriyanto, Jum’at (9/2/2024).

“Probabilitas pilpres berlangsung sekali putaran adalah 75 prosen, sedangkan peluang pilpres dua putaran 25 prosen,” imbuhnya.

Selain itu menurut dia, faktor elektabilitas yaitu trend elektabilitas Prabowo-Gibran naik secara eskalatif di angka 47-52 %. “Jauh meninggalkan dua kompetitornya Anies-Muhaimin, Ganjar-Mahfud, dengan selisih terpaut 20-25 prosen.

Jika digabung, dan  dijumlahkan elektabilitas keduanya, paslon Anies-Cak Imin, Ganjar-Mahfud kalah dengan elektabilitas Prabowo-Gibran,” paparnya.

Bahkan menurutnya, ada temuan menarik dari sejumlah lembaga survei, elektabilitas Prabowo-Gibran menyentuh angka keramat, magic number 50% plus satu. “Secara faktual elektabilitas paslon Anies-Cak Imin, Ganjar-Mahfud sudah tidak kompetitif melawan Prabowo-Gibran,” tandasnya.

Kondisi ini tergambar dari hasil survei oleh 13 lembaga survei kredibel, diantaranya Indikator Politik Indonesia, Poltracking Indonesia, Litbang Kompas, LSI Lingkaran Survei Indonesia, LSI Lembaga Survei Indonesia , IPSOS, Populi Center, IPS, SPIN, LSJ, IndEX, Indonesia Survei Center ISC, Economics & Political Insight (EFI).

Masih menurut Supriyanto, elektabilitas kandidat dipengaruhi oleh banyak variabel, diantaranya atribut pribadi, karisma, kredibilitas, trust, positioning, rekam jejak, prestasi, persepsi publik, akseptabilitas, logistik, dan dana kampanye.

Pihaknya memaparkan bahwa dalam dunia politik, pasang surut elektabilitas calon hal biasa sehingga perlu diukur terlebih dahulu elektabilitas natural (asli) dari para kandidat calon Presiden.

Elektabilitas natural adalah elektabilitas moderat, yang melekat pada diri kandidat, sebelum melakukan pencitraan, belum berpasangan, dan belum melakukan kampanye.

Prabowo Subianto diperkiraakan memiliki elektabilitas natural di kisaran 30-35 %. Terbukti di pilpres 2014 Prabowo-Hatta meraih suara 46,85 %. Pilpres 2019 Prabowo Sandi meraih suara 44,68 %.

Anies Baswedan diperkirakan mempunyai elektabilitas natural di kisaran 10-15 %. Terbukti setelah pencitraan, berpasangan, dan berkampanye elektabilitas Anies-Cak Imin di kisaran 20-25 %.

Hal ini berbeda saat awal pasca deklarasi Anies Baswedan sebagai calon Presiden oleh partai Nasdem, elektabilitasnya melonjak di angka 24-27 %. “Ini bukan elektabilas natural, namun merupakan elektabilitas semu, efek kejut dari euforia politik saat itu,” urainya.

Ganjar Pranowo diperkirakan punya elektabilitas natural di kisaran 10-15 %. “Terbukti setelah berpasangan, dan berkampanye trend elektabilitas Ganjar -Mahfud di kisaran 20-24 %. Hal ini berbeda dengan elektabilitas Ganjar di awal proses kandidasi, angkanya di kisaran 30-35 %.  Angka ini merupakan elektabilitas semu, bukan elektabilitas asli Ganjar Pranowo,” tambahnya.

Dari faktor Cawapres yaitu Gibran Rakabuming Raka yang merupakan figure unik, muda, cerdas, dan berkarakter. “Awalnya diragunakan, namun pasca debat cawapres, Gibran mampu menunjukkan performa, dan kapabilitas yang handal, bahkan menguasi  panggung debat,” tegasnya.

Dari aspek kimia politik, Gibran komplementer dengan Prabowo. “Keduanya saling melengkapi, dan menguatkan Gibran memberi insentif elektoral secara nyata kepada Prabowo Subianto,” jelasnya.

Sedangkan Muhaimin Iskandar  politisi senior, dan ketua umum PKB. Secara personal Muhaimin Iskandar elektabilitasnya sangat rendah. “Pada saat ramai proses koalisi antar partai, dan kandidasi pada sekitar medio 2023, elektabilitas Cak Imin di kisaran 0-2 %. Jauh di bawah suara PKB 9,69 % pada pileg 2019,” ungkapnya.

Berdasarkan data survei tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas pemilih PKB cenderung tidak memilih Muhaimin, hanya sebagian kecil yang cenderung memilih Cak Imin.

Dari variabel elektabilitas Muhaimin kurang layak maju sebagai cawapres di pilpres 2024. “Cak Imin hanya diuntungkan dengan posisinya sebagai ketum PKB, yang mengantongi sebagian tiket pilpres, untuk melengkapi presidential threshold sebagai salah satu syarat maju pilpres. Problem lain yang dihadapi Cak Imin adalah konflik internal PKB di masa silam. PKB terbelah menjadI dua, kubu Gus Dur dan kubu Cak Imin. Loyalis Gus Dur cenderung tidak memilih paslon 01.

Secara kimia politik Cak Imin dan Anies kemungkinan kurang cocok, terbukti elektabilitas paslon 01 stagnan,” paparnya.

Sementara itu Mahfud MD figure cukup berpengalaman di pemerintahan baik eksekutif, legislatif, yudikatif. Dari aspek elektoral, Mahfud punya modal elektabilitas personal dengan kategori sedang di kisaran 3-5 %. Angka ini terekam oleh beberapa survei pada Mei-Juni 2023.

Menurut Supriyanto, problem Mahfud elektabilitasnya  tidak pararel dengan aspek kapabilitasnya. “Problem utama yang dihadapi paslon 03, adalah konflik, dan krisis politik yang terjadi pada partai penyokong utama yaitu PDIP. Banyak kader potensial hengkang dari kandang banteng, dan berbalik arah mendukung paslon lainnya. Dalam suana konflik, dan tekanan psikologis politik, kehadiran Mahfud MD di kubu 03, tidak mampu berkontribusi secara elektoral,” analisanya.

Dari segi faktor partai pendukung menurut Supriyanto, perkembangan elektabilitas paslon capres-cawapres akan berpengaruh kepada semangat dan kinerja kader partai dalam membantu pemenangan pasangan calon. “Partai pendukung paslon 02 Prabowo-Gibran berpontensi bekerja lebih optimal dibanding partai pendukung paslon 01, dan 03. Faktor opinion leader, dan influencer,” terangnya.

Opinion leader, dan influencer merupakan segmen masyarakat yang memiliki banyak pengikut. Segmen ini mampu  menciptakan opini, dan  persepsi publik.

Dalam dunia kontestasi segmen ini punya peran penting, dan strategis. Opinion leader, dan influencer mampu memperngaruhi perilaku pemilih.

“Pada Pilpres 2024, kubu Prabowo-Gibran relatif lebih banyak mendapat dukungan para opinion leader, influencer, di tinggakat nasional maupun regional,” pungkasnya. (DS)

Exit mobile version