Lintas NusaPolitik

PPP Dinilai Penentu Kemenangan PKB di Pilgub Jatim

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Menurut pengamat politik Universitas Yudharta Pasuruan Mohammad Edy Marzuki, upaya para Kyai mempersatukan PKB dan PPP ini sebagai hal yang wajar, karena faktanya memang PKB tak pernah menang di Pilgub Jatim, manakala tidak mendapatkan koalisi yang strategik, apalagi ketika suara NU terpecah.

Sebelumnya, pertemuan sejumlah kyai dan masayikh NU di kantor PWNU Jatim beberapa waktu lalu dengan Ketua DPW PPP Jatim Musyafak Noer, agar PPP Jatim memberikan rekomendasinya untuk Pilgub Jatim 2018 mendatang kepada Bacagub Jatim dari NU Saifullah Yusuf  yang di usung oleh PKB.

“Jika kita kembali menengok ke belakang, di Pilgub Jatim 2008, PKB yang mengusung Achmady-Suhartono (Achsan) hanya memperoleh 8,21 persen suara. Sebaliknya, Khofifah-Mudjiono (Kaji) meraih 24,82 persen suara. Bahkan, paslon PKB masih kalah dengan paslon yang diusung PDIP, Sutjipto-Ridwan Hisjam (SR) yang meraih 21,19 persen. Juga masih kalah dengan pasangan Soenarjo-Ali Maschan Moesa (Salam) yang diusung Golkar (19,34 persen),” jelasnya di Surabaya, Rabu (6/9/2017).

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024, Gus Fawait: Bukti Pemimpin Pilhan Rakyat

Edy mengatakan Khofifah pun meski berhasil melangkah ke putaran kedua  bersama paslon pemenang di putaran pertama Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) yang diusung Demokrat-PAN, akhirnya kalah dengan perolehan suara 49,80 persen berbanding 50,20 persen suara yang diperoleh KARSA. Ada selisih 60.223 suara atau 0,4 persen dan 506.343 suara dinyatakan tidak sah.

“Melihat pola yang terjadi pada Pilgub 2008 dan 2013 ada kecenderungan hubungan yang simetris antara terbelahnya suara NU dengan kecilnya suara calon yang diusung PKB. Keterbelahan diinternal NU baik dalam konteks keterbelahan Kyai, Pondok atau organisasi banom NU. Diakui ataupun tidak, berpengaruh signifikan terhadap suara cagub yang berasal dari NU.”

“Pola suara Khofifah pun sepertinya tidak beranjak dari dukungan fanatik warga Muslimat NU, yang seutuh apapun tetap saja tidak mencukupi untuk menang,” tambah Edy yang juga Manajer Riset Surabaya Survey Center (SSC) ini.

Lebih lanjut Edy menjelaskan, jika rivalitas antara Gus Ipul dengan Khofifah makin meruncing   justru berpotensi besar untuk semakin memperkecil potensi kemenangan Cagub yang diusung PKB dan sekaligus memperkecil peluang Khofifah. Menurut Edy, situasi ini justru bisa dimanfaatkan oleh kekuatan di luar NU untuk mengambil keuntungan disela perseteruan figur-figur utama NU tersebut.

Baca Juga:  Bawaslu Kaltara Petakan TPS Rawan Pada Pemilu 2024

“Jadi akankah PKB-PPP bisa bersatu sesuai harapan para Kyai? Saya rasa prosesnya masih cukup panjang,” pungkasnya.

Pewarta: Tri Wahyudi
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 47