Politik

Polisi: Saracen Tidak Hanya Bermotif Ekonomi, Tapi Juga Politik

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Munurut pakar komunikasi Iswandi Syahputra, Saracen disebutnya semacam sekte perang pada abad pertengahan pada era gejolak perang salib yang berkepanjangan. Merujuk pada karya John V. Tolan, Saracens: Islam in The Medieval European Imagination penganut Saracen adalah mereka penyembah berhala untuk mendapat kekuatan dalam berperang.

Namun, belakangan istilah Saracen populer di dalam negeri setelah Kepolisian berhasil mengungkap sebuah jaringan penyebar kebencian dan permusuhan berbasis Sara. Analis Kebijakan Madya Bidang Penmas Devisi Humas Polri, Kombespol Sulistiyo Pudjo Hartono mengatakan saat ini pihak kepolisian sedang mengumpulkan data dan informasi yang mendukung proses penyelidikan.

“Karena ini masih awal, istilah penyidikan itu kita masih melakukan pengumpulan semua bahan keterangan. Bahan keterangan itu harus kita kumpulkan. Kita klasifikasi. Mana yang kelompok A. Kelompok B. Kelompol C dan lain-lain,” kata Pudjo saat menjadi salah satu pembicara dalam diskusi di Jl. Cikini, Jakarta Pusat, Jum’at (26/8/2017)

Baca Juga:  Masuk Cagub Terkuat Versi ARCI, Khofifah: Insya Allah Jatim Cettar Jilid Dua

“Kemudian, informasi-informasi mana yang mendukung proses penyidikan yang sedang kita kumpulkan,” imbuhnya.

Pudjo menambahkan, sebelum pihak kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap nama-nama yang diduga terlibat. Saat ini pihak kepolisian sedang mengumpulkan pembongkaran barang bukti digital.

“Ini masih dalam proses ya. Karena ini untuk memeriksa orang. Melakukan pembongkaran bukti digital baru sekitar 25 persen. Itu susah.  Jumlahnya 103 orang. Itu data yang besar. Data itu harus dicermati didownload satu persatu,” katanya.

Menurutnya, terbongkarnya kasus ini setelah aparat kepolisian melakukan pemantauan selama kurang lebih 1 tahun semenjak merebaknya wabah hoax di sosial media.

“Kasus ini tidak gampang, mengapa kita bisa tangkap di Riau mengapa karena mereka pertamanya juga tidak akan ngaku. Tidak ada sejarahnya pelaku kejahatan itu ngaku, tapi faktanya transaksi elektronik itu tidak bisa dihapus. Dihapus bisa dibangkitkan kecuali kita pemiliknya,” ujarnya.

Selanjutnya Pudjo mengatakan pemesan dari jasa group Saracen ini dari berbagai macam motif. Tidak hanya motif ekonomi semata, akan tetapi juga termasuk motif sosial dan politik.

Baca Juga:  KPU Nunukan Gelar Pleno Rekapitulasi Untuk Perolehan Suara Calon Anggota DPR RI

“Jadi masalah motif politik itu kan tentu saja orang yang memesan. Nah, motif ekonomi adalah pelakunya, mau motif politikkah, motif ekonomikah, motif sosial macam-macam ini bisnis dagang juga bisa,” tegasnya.

Diskursus Saracen, memang tengah menjadi berdebatan. Pasalnya, framing Saracen yang dibangun kerap disasarkan kepada kelompok-kelompok yang kritis terhadap pemerintah. Saracen atau buzzer sebenarnya bukan hal baru. Mulanya buzzer kerap digunakan untuk mendukung kampanye parpol. Dalam perkembangannya, baik pihak pemerintah maupun opisisi memiliki akun-akun buzzer pendukungnya masing-masing.

Pewarta: Syaefuddin A
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 3