Petaka dan Kemelut Dunia, Puisi Muhammad Alamsyah
SENJA MATI
Masihkah tertulis syair muda di lengkung langit perak?
Kau temukan kisah tak memudar di garis-garis milenium silam?
Carilah ! Mencarikah dengan bisik-bisik jiwa?
Adakah nada pedoman cinta melenggam pada angin utara
Merasuk ke dalam jiwa pengembara medusa
Dilipatnya ombak menabur rindu pada karang samudera
Suara-suara takdir keabadian pada gemawan berkilat orange menabur jingga,
pada langit melingkari matahari menanti badai malu-malu menjumpa
Senja itu ku cari kaupun mencari
Kudapati
Senja itu mengkal di fajar pagi
Senja itu di pelukan ombak lari-lari
Senja itu di bukit gemawan sembunyi – sembunyi
Sungguh lenyap ditikaman waktu sunyi
Kini kutemui
Di dandani pelangi
Tapi sejenak tahun lagi
Lusuh
Marun
Dibelai kelam
Perlahan legam
Gerimisnya senada pilu bertahun sandang nelangsa
Menanti hidup mengembara tanpa nahkoda semesta
Senja itu sepi
Adiwarna terlukis di rautnya membulat ibarat pelangi
Batasan hidup padanya termaknai jiwa sufi
Senja itu reduplah
Hampir padam, lihatlah !
Senja itu sendiri, saksilah !
Senja itu adalah kita
Tua
Mati
Dipeluk bumi bahari
Makassar, 21 Juni 2017
PETAKA
Dipojokkan gelap
Dingin ragu melahap
Benci terbakar bara
Menunggu dalam waktu menggila
Kembalilah bulan
Khianat ditulisnya pada kerling muara
Mendayuh rintih
Lidah ombak mencaci karang
Amuk pada bintang disunting asin
Petakalah akhirnya
Karma dipasungnya sampai senja ditelan daratan
Musim berlalu
Menjauh meluluh
Tetaplah bukit memundak matahari
Salju kan tiba bila diizinkan lembutnya hari
Pun mungkin hujan turun jikalau ibah pada bumi
Makassar, 17 juni 2017
KEMELUT DUNIA
Kepala melayang
Ganti berlari tembus udara
Separuh gelinding di jalan
Digunduli roda-baja diserbu asap
Dilibas waktu
Memburu hidup pada butanya pagi meninggalkan tidur
Di perbatasan terjungkal
Dimandikan keringat tubuh sendiri
Berdiri meratapi jalan bertikung
Kemelut dunia ,mendaki lengkung pelangi berlumut
Petang usai
Cerita baru di mulai
Dimanalagi dunia ?
Makassar, 18 Juni 2017
Muhammad Alamsyah, lahir di Maros, 17 September 1985. Aktif menulis puisi, cerpen dan esai. Aktif dalam kegiatan seni- budaya baik skala lokal maupun nasional. Lelaki yang akrab di safa Alam, bergabung dalam beberapa sanggar seni dan bengkel teater serta sanggar lukis di Maros, Sulawesi Selatan. kecintaanya terhadap seni sastra tidak membuat bakatnya dalam seni lukis terlupakan. Giat cipta lukisan -lukisan eksperimental yang abstrak dan natural.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].