Pesan Persatuan buat Prajurit Saptamarga di Balik Pertemuan SBY-Prabowo

SBY dan Prabowo Ketika Masih Kolonel. Foto: Dok. Istimewa

SBY dan Prabowo Ketika Masih Kolonel. Foto: Dok. Istimewa

NUSANTARANEWS.CO – Pesan Persatuan buat Prajurit Saptamarga di Balik Pertemuan SBY-Prabowo. Beberapa waktu yang lalu publik dikagetkan dengan adanya pertemuan dua tokoh politikus Senior yang representatif mewakili kelompok Nasionalis Religius di Cikeas Bogor yaitu antara mantan Presiden RI ke 6 yang juga Ketua Umum Partai Demokrat SBY dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subiyanto.

Ada banyak pesan tersirat yang disampaikan kepada publik dalam pertemuan dicikeas tersebut kepada seluruh komponen lapisan masyarakat luas tentang “banyaknya akrobat politik ataupun kekonyolan politik” yang dilakukan oleh rezim yang saat ini berkuasa dalam kerangka berbangsa dan bernegara.

Pertemuan SBY-Prabowo yang merupakan Mantan petinggi TNI ini juga, bukan hanya membahas isyu menyangkut presidetial treshold tapi juga membahas banyak persoalan bangsa lainnya yang menurut kedua orang negarawan senior ini, “mungkin bangsa ini sedang mengalami semacan krisis identitas serta terjadi turbulensi politik” karena gaya kepemimpinan nasional yang tidak terarah dalam membawa bangsa ini menghadapi era digital dimasa mendatang.

SBY sebagai mantan Nahkoda negeri ini selama 10 tahun berkuasa sangat paham betul bagaimana, “menjalankan roda pemerintahan yang efektif dan efisien”, selain itu Prabowo Subiyanto sebagai tokoh nasional yang juga sosok negarawan dan kini menjadi oposisi pemerintah sangat khawatir akan banyaknya kebijakan pemerintah saat ini yang sama sekali tidak berpihak kepada rakyat banyak karena sangat hobby melakukan pelanggaran terhadap konstitusi.

Sebagai mantan prajurit sapta marga serta seorang patriot SBY dan Prabowo Subiyanto paham betul bahwasannya mereka wajib membela dan mendukung ideologi pancasila dan undang-undang dasar 1945, yang kini aturan main tersebut sudah dilanggar secara kasat mata diruang publik oleh kepentingan politik kekuasaan saat ini demi melanggengkan kekuasaan politik rezim yang sedang berkuasa.

Memang banyak sekali pendapat dan analisa dari berbagai macam perspektif para pengamat yang menyatakan pertemuan antara SBY dan Prabowo Subiyanto merupakan sarana untuk melakukan koalisi menjelang pilpres 2019 nanti, yang akan mencalonkan Prabowo dengan AHY atau Tuan Guru Bajang, namun hal tersebut terlalu premature karena dinamika politik yang berkembang dengan begitu dinamis menjelang pilpres nanti.

Namun saya melihat pertemuan kedua tokoh tersebut jika diselami lebih dalam lagi sebenarnya membawa pesan penting bagi para prajurit sapta marga lainnya dan juga para purnawirawan TNI untuk secepatnya melakukan konsolidasi sosial ditengah masyarakat bawah, sebagai akibat dari carut marut persoalan dialektika politik yang terjadi ditanah air serta kondisi kekinian ekonomi masyarakat yang melemah.

Selain itu kedua Mantan petinggi TNI ini juga ingin menyatakan kepada para juniornya di almamaternya bahwa tugas TNI yang utama selain menjaga keamanan dan keutuhan bangsa dari ancaman bangsa lain yaitu Mengawal kemurnian Konstitusi, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dan Ideologi Pancasila dari bahaya dan ancaman para politisi yang ingin menjalankan roda pemerintahan dengan seenaknya tanpa harus tunduk terhadap Konstitusi Negara yang sudah digariskan.

Strategi Politik yang dilakukan oleh SBY dan Prabowo Subiyanto sudah sangat tepat, manakala akhirnya mereka; kedua tokoh bangsa tersebut dapat bertemu, dengan mengesampingkan  persoalan pribadi demi untuk menyikapi  persoalan bangsa ini secara utuh kedepan pasca 3 tahun rezim ini berkuasa. Karena dalam perjalanannya rezim saat ini seringkali melakukan pelanggaran terhadap Konstitusi dan menganggap parlemen seolah tidak pernah ada.

Sebenarnya saya tidak ingin menarik TNI aktif  kedalam politik praktis, tapi apa boleh dikata karena pada kenyataannya masih banyak sekali rakyat dinegeri ini yang menginginkan TNI untuk terlibat dan mengambil peran dalam kontestasi politik baik ditingkat lokal maupun ditingkat Nasional karena banyak rakyat yang sangat  menginginkan stabilitas politik yang kondusif dan rindu terhadap kepemimpinan yang penuh kharismatik dan wibawa seperti di era Soeharto dan SBY.

Fenomena kerinduan rakyat terhadap kepemimpinan Para Purnawirawan TNI tersebut sebagai akibat dari “kesalahan dan kegagalan pemerintahan sipil (civil society) dalam hal kepemimpinan nasional (leadership)”, untuk mempertahankan tradisi politik yang baik karena seringkali para politisi sipil melakukan kekonyolan politik dan bertingkah kurang baik diruang publik dengan banyak melakukan tindakan tercela seperti melakukan kebohongan publik saat kampanye serta Korupsi dan lain sebagainya.

Pada akhirnya rakyat terhanyut dalam memori kenangan indah dibawah kepemimpinan para purnawirawan TNI dimasa lalu yang dianggap berhasil karena dapat menjamin stabilitas politik, kepastian hukum serta dapat mengendalikan harga-harga pangan dan lain sebagainya. Saat ini TNI dianggap berhasil menjaga netralitasnya terhadap penguasa karena selalu berpihak terhadap kepentingan rakyat kecil ketimbang berpihak kepada penguasa ataupun konglomerasi dan kelompok tertentu.

Sekedar mengingatkan kembali pada statement panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang pernah berujar dengan membawakan puisi karya Deni JA “kalau semua yang ada dinegeri ini  bukan kami punya”, lantas kemana quo vadis TNI saat ini? yang notabene para prajurit sapta marga tersebut dibentuk untuk menjaga kedaulatan bangsa dan rakyat indonesia dari berbagai macam gangguan dan penguasaan sumber daya alam kita yang seharusnya dikuasai untuk kepentingan hajat hidup rakyat banyak.

Untuk itu secara pribadi saya menganalisa pertemuan antara SBY dan Prabowo Subiyanto adalah murni “sebagai sebuah pesan persatuan bagi seluruh prajurit sapta marga baik yang masih aktif ataupun yang purnawirawan”, untuk kembali kepada jati diri bangsa yakni menjadi prajurit yang selalu berpihak kepada kepentingan rakyat banyak bukan untuk membela kepentingan para politikus busuk yang ingin menjual tanah air kita sehingga semua yang ada dibumi pertiwi ini bukan milik bangsa sendiri.

Pesan persatuan tersebut juga berlaku untuk seluruh warga negara dibumi pertiwi ini agar tidak mudah dikotak-kotakkan dan dipecah belah demi kepentingan kelompok tertentu, apalagi syahwat para penguasa yang dengan mudah membohongi rakyat dengan janji-janji kosong yang hanya disampaikan saat kampanye agar rakyat mau memberikan suaranya dan memilih para politisi dadakan.

Jadi Pertemuan antara mantan Presiden SBY dan Prabowo Subianto beberapa waktu lalu “wajib mendapat apresiasi dari seluruh lapisan masyarakat ditanah air”, karena rakyat saat ini sangat membutuhkan figur pemimpin yang dapat menyatukan seluruh komponen bangsa yang terbelah akibat lemahnya kepemimpinan nasional, dan bangsa ini sangat  membutuhkan pemimpin yang jujur apa adanya yang bekerja untuk kepentingan rakyat banyak, tanpa pencitraan dan rekayasa media massa.

Semoga saja pertemuan dua negarawan dicikeas tersebut menjadi “sebuah langkah awal” untuk tercapainya konsolidasi sosial ditingkat para purnawirawan militer dan rakyat serta kelompok oposisi lainnya untuk dapat menyatukan visi perjuangan bersama seluruh rakyat indonesia dan mengembalikan keadaan rakyat menjadi lebih baik dari keadaan saat ini. (Tangsel, 30 Juli 2017 | 22:00)

Penulis: Pradipa Yoedhanegara (Pemerhati Sosial Politik)
Editor: Ach. Sulaiman

Exit mobile version