MancanegaraTerbaru

Pesan Global Cina dalam Latihan Perang di Laut Baltik

NUSANTARANEWS.CO, Moskow – Latihan perang laut dengan sandi Joint Sea-2017 antara angkatan laut Rusia dan Cina telah dimulai pada hari Jumat lalu dan akan berlangsung sampai akhir bulan, kata Kementerian Pertahanan Rusia. Latihan tersebut melibatkan hampir sepuluh kapal perang dari berbagai kelas dan lebih dari sepuluh pesawat terbang dan helikopter angkatan laut Rusia dan China.

Keputusan China untuk mengirim armada kapal perangnya ke Laut Baltik, yang merupakan garis depan perluasan pintu NATO menuju perbatasan Rusia – merupakan strategi militer China yang disebut fanbian, yang pertama kali diperkenalkan oleh seorang pemimpin militer China selama Perang Dunia II.

Seperti dilansir Sputnik, fanbian adalah strategi tentara Cina yang dipimpin oleh Marsekal Luo Ronghuan ketika dikepung oleh bala tentara Jepang dari segala sisi di provinsi Shandong, China timur. Karena kalah jumlah hampir sepuluh kali lipat – Luo kemudian memutuskan untuk menyerang kota tetangga di belakang garis musuh yang tidak dijaga dengan kuat – untuk mengalihkan perhatian. Serangan mendadak tersebut berhasil menghindarkan pasukan Luo yang berjumlah 3.000 tentara untuk melepaskan diri dan mengurangi korban jiwa yang parah.

Baca Juga:  Rekomendasi Playsuit Serene Untuk Gaya Santai Trendy

Demikian pula strategi yang sama digunakan oleh Cina dengan mengirim armada kapal angkatan lautnya ke Laut Baltik sebagai pengalih perhatian terhadap tekanan dari Angkatan Laut AS di Laut Cina Selatan. Seperti diketahui pada bulan Mei, Kapal Perang AS berlayar dalam jarak 12 mil dari pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan, di mana China membangun pangkalan militernya.

Menanggapi provokasi AS di Laut Cina Selatan tersebut, China kemudian bereaksi dengan mengirim armada angkatan lautnya mengikuti latihan perang bersama angkatan laut Rusia – di depan pintu NATO di Laut Baltik. Inilah yang disebut strategi fanbian yang digunakan oleh Marsekal Luo Ronghuan China selama Perang Dunia Kedua.

Secara historis, sebagai bangsa agraris Cina tidak pernah memiliki angkatan laut yang kuat. Namun, setelah lebih dari 30 tahun pertumbuhan ekonomi yang eksplosif – kepentingan maritim China mulai tumbuh – di mana rute laut melalui Selat Malaka dipandang sebagai “garis hidup” bagi ekonomi China. Betapa tidak bila lebih dari 80 persen impor minyak mentah Cina dari Timur Tengah dan Afrika harus melalui rute ini.

Baca Juga:  Sering Dikeluhkan Masyarakat, Golkar Minta Tambahan Sekolah SMA Baru di Surabaya

Tidak mengherankan bila Presiden Xi Jinping bertekad membangun angkatan laut yang kuat guna melindungi kepentingan ekonominya – terutama di Jalur Sutra Maritim abad 21 – yang merupakan proyek ambisius Cina yang populer sebagai Inisiatif One Belt One Road.

Jadi kehadiran armada angkatan laut Cina di Laut Baltik bukan sekedar latihan perang bersama Rusia, tapi juga merupakan pesan yang kuat secara global – bahwa Cina mampu melakukan hal yang sama di perairan Eropa.

Setelah latihan gabungan di laut Baltik, angkatan laut China akan bergabung dengan angkatan laut Rusia di Laut Jepang dan Laut Okhotsk pada bulan September mendatang untuk manuver tahap kedua.

Pewarta: Banyu
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 10