Mancanegara

Perusahaan Tambang Emas Rusia Dihancurkan Menyusul Aksi Protes Pasca Pemilu di Kirgistan

Perusahaan tambang emas Rusia dihancurkan menyusul aksi protes massal pada hari Senin di ibu kota Kirgistan, Bishkek,
Perusahaan tambang emas Rusia dihancurkan menyusul aksi protes massal pada hari Senin di ibu kota Kirgistan, Bishkek. Demo pasca pengumuman awal hasil pemilu Kirgistan pada 4 Oktober/Foto: The Guardian

NUSANTARANEWS.CO, Bishkek – Perusahaan tambang emas Rusia dihancurkan menyusul aksi protes massal pada hari Senin di ibu kota Kirgistan, Bishkek, setelah pengumunan hasil awal dari pemilihan parlemen pada 4 Oktober, para penduduk setempat telah membentuk kelompok pertahanan diri untuk mencegah penjarahan.

Bentrokan jalanan antara pengunjuk rasa dengan aparat keamanan pada Senin malam telah mengakibatkan satu orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Pada hari Selasa, sekelompok pengunjuk rasa tak dikenal menyerbu dan membakar pabrik pengolahan emas terbesar kedua di Kirgizstan, di Jerooy yang dioperasikan oleh perusahaan pertambangan Rusia.

Proyek lapangan Jerooy ini baru mulai berproduksi tahun ini, dengan hasil produksi tahunan mencapai 5,5 ton emas dengan perkiraan deposit sebesar 88 ton.

Sementara operasi penambangan emas terbesar Kyrgyzstan, Kumtor, yang dijalankan oleh Centerra Gold CG.TO Kanada, sejauh ini aman-aman saja, tidak ada insiden keamanan.

Presiden Kirgyzstan Sooronbay Jeenbekov mengatakan pada hari Selasa bahwa beberapa kekuatan politik telah mencoba untuk merebut kekuasaan secara ilegal semalam dan meminta para pemimpin partai politik untuk “menenangkan pendukung mereka”.

Baca Juga:  Rezim Kiev Terus Mempromosikan Teror Nuklir

“Saya mendesak rekan-rekan saya untuk tetap tenang dan tidak menyerah pada provokasi,” katanya, mengomentari protes massa di ibu kota Kirgyzstan, Bishkek.

Jeenbekov juga menambahkan bahwa dia telah memerintahkan pasukan keamanan untuk tidak menembaki pengunjuk rasa.

Seperti diberitakan, protes massa pecah setelah pemilihan umum pada hari Minggu mengungkapkan bahwa hanya empat partai yang lolos ambang batas 7% untuk melenggang ke legislatif dari 16 partai peserta pemilu.

Melihat hasi awal tersebut, sekitar 2.000-an pendukung partai-partai yang gagal melewati ambang batas suara kemudian berkumpul di Ala-Too Square di Bishkek pada Senin pagi untuk menuntut revisi hasil pemilihan. Mereka menuding pemerintah memalsukan hasil pemilu dan pembelian suara.

Kerumunan masa kemudian berubah menjadi aksi kekerasan setelah para pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah petugas polisi, membakar mobil patroli, dan merusak mobil ambulan.

Polisi kemudian mengambil langkah dengan menembakkan gas air mata dan peluru karet dalam upaya membubarkan pengunjuk rasa yang mulai brutal.

Baca Juga:  Amerika Memancing Iran untuk Melakukan Perang Nuklir 'Terbatas'?

Komisi pemilihan pusat negara itu mengatakan akan membatalkan hasil pemungutan suara hari Minggu. “Keputusan itu bertujuan untuk mencegah meningkatnya ketegangan di negara itu,” kata ketua komisi, Nurzhan Shaildabekova, pada hari Selasa (6/10).

Kyrgyzstan adalah bekas republik Soviet yang bergunung-gunung yang berbatasan dengan Cina, dan memiliki sejarah revolusi kekerasan, dengan dua presiden sebelumnya yang digulingkan setelah mendapat tekanan dari jalanan.

Selama dua dekade terakhir, Moskwa, Amerika Seerikat (AS) dan Cina telah bersaing untuk mendapatkan pengaruh di negara tersebut. Rusia memiliki pangkalan militer di Kirgyzstan, dan AS pun sempat menjadikannya sebagai basis militer selama perang Afghanistan.

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan bahwa pangkalan udara Kant dalam siaga tinggi karena insiden lapangan Jerooy. Kremlin mengatakan sedang memantau situasi dengan cermat. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,049