Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi RI Triwulan II 2017 Tertopang Sektor Pertanian

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di sela-sela acara pengukuhan DPP MPPI (Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia) di Auditorium Kementan, Jakarta, Senin (21/8/2017). Foto Richard Andika/ NusantaraNews.co
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di sela-sela acara pengukuhan DPP MPPI (Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia) di Auditorium Kementan, Jakarta, Senin (21/8/2017). Foto Richard Andika/ NusantaraNews.co

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kinerja ekonomi RI pada triwulan II 2017 berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp 3.366,8 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan II-2017 dibandingkan triwulan II-2016 (y-o-y) tumbuh 5,01 persen dan dibandingkan triwulan I-2017 (q to q) tumbuh sebesar 4,00 persen.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), bila dilihat dari sisi produksi, sektor pertanian merupakan sektor kedua yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, setelah industri pengolahan, dan masih di atas sektor perdagangan dan konstruksi. Untuk triwulan II-2017 ini, sektor pertanian dalam arti luas menyumbang sebanyak 13,92 persen, sementara pada triwulan-I 2017 kontribusinya 13,59 persen.

Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi kali ini cukup baik. “Kita cuma di bawah Cina 6,9 persen. Dengan kondisi ketidakpastian perekonomian global dan penurunan harga komoditas, hasil ini cukup bagus,” ucap Suhariyanto pada saat konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Senin (7/8) pagi.

Baca Juga:  Berpihak Industri Padat Karya SKT, Pekerja MPS Tuban Pilih Cagub Khofifah

Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q to q), sector pertanian menjadi sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 8,44 persen. Peningkatan ini diperoleh dari naiknya produksi sejumlah komoditas tanaman perkebunan seperti kopi dan tebu serta dari hortikultura.

Pertumbuhan di sektor pertanian ini tidak lepas dari berbagai program Pemerintah guna mewujudkan swasembada sejumlah komoditas pertanian strategis dengan menetapkan visi Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia pada tahun 2045.

“Untuk beras, bawang merah, dan cabai, Indonesia sudah tidak impor sejak tahun lalu. Untuk jagung, hingga saat ini kami belum keluarkan rekomendasi impor, dan bahkan bawang merah, kami balikkan keadaan dengan mengekspor ke Thailand dan direncanakan juga untuk beberapa negara Asia Tenggara,” ujar Menteri Pertanian Amran Sulaiman seusai mengadakan rapat Rembuk Nasional 2017, Selasa (22//8) lalu.

Berdasarkan peta jalan lumbung pangan dunia, tahun ini Kementan menargetkan swasembada jagung, dilanjutkan tahun 2019 swasembada bawang putih dan gula konumsi. Untuk tahun 2020 komoditas yang ditargetkan swasembada adalah kedelai, tahun 2024 gula industri, tahun 2026 daging sapi, dan pada tahun 2045 diharapkan Indonesia sudah menjadi Lumbung Pangan Dunia.

Baca Juga:  Antisipasi Masuk Beras Impor, Pemprov Harus Operasi Pasar Beras Lokal di Jawa Timur

Lebih lanjut, Amran juga menyebutkan Kementerian Pertanian bertekad untuk mengembalikan kejayaan kopi, rempah serta komoditas perkebunan lainnya dan subsektor hortikultura. Untuk itu, Kementan menyiapkan anggaran sebesar Rp 5,5 triliun untuk dua subsektor tersebut. “Kita optimis bisa wujudkan. Tahun ini kita mulai kerjakan dengan memberi bantuan paket komplit secara gratis,” tegas Amran. (red-02)

Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 19