Puisi

Pertempuran Diri, Cinta dan Tipu Daya – Puisi Saifu Ali

Dario Campanile, "Vortice", 2013, 60x48/Foto: Dario Campanile Fine Art
Dario Campanile, “Vortice”, 2013, 60×48/Foto: Dario Campanile Fine Art

Angsa

kutemukan kau dalam rapuh luka
di tepi danau jernih airnya.
sayapmu patah berdarah.
oi, angsa cantik,
bisakah kaumelawan ketidakberdayaan?
kataku, jangan pasrah!

kau angsa bukan angsa biasa.
kau sangat menggoda;
cerdas, buas, licik, liar, nakal,
bisa melanggar asusila,
sebab bulu-bulu putihmu
mampu mengguncang dunia.

Semarang, 2013

Punah

Mataku tanpa angka, berpusar-pusar pada derita;
berhari, berminggu, berbulan, dan bertahun, penuh lara.
Jiwaku berkata, tidak! Lalu memberontak
—adakah perubahan kebebasan seperti lompatan katak?
hanyalah kesepian yang merangkak, berkotak-kotak.

Aku tersungkur dalam gelap tak bertepi
sambil kuratapi hakikat diri dalam sunyi.
Ingin aku seperti lautan berkisah pada pasir-pasir
dan ikan-ikan dan terumbu karang
mendapati diri yang matang.

Tuhan, aku kerdil dan gigil,
lembaran kisahku menjelma sihir.

lantaran angkara murka bagaikan petir.

Bojonegoro, 2013

Video Clip

Dua mataku nyalang tersengat sinyal brutal,
auraku masuk ke kolam layar.
Dunia kotak-kotak berisi tamsil kekal,
dipenuhi kode-kode misteri nan segar.

Tubuh lunglaimu menari,
sutra tipismu berbahasa basi.
Kaki dan tanganmu bermain api
diiringi hentakan musik berduri.
Kau terus mencari jati diri
sesekali terselip gairah dan birahi.

Semarang, 2013

Pertempuran Diri

Ketika imajinasiku menembus langit tujuh,
luruh, pagi telah datang membasuh tubuh,
hingga tak kenal lagi rusuh dan kumuh.

Bakda subuh ayat-ayat itu menjelma sebuah telaga
yang lena, kurentangkan pelukan dan gelora rayuan manja-Nya
—tak ada dosa dan kaubernyawa!
meresap di dada.

Pertempuran tadi malam telah usai,
menyisakan sepasang perisai tak berbingkai.
Nasib baik-burukku kini bergelantungan di jendela kamar
sambil diiringi kabut tebal dan tanda tanya besar.

Semarang, 2013

Cinta dan Tipu Daya

Cintaku melebihi kasturi kembang,
lebih rekah dan segar di lubuk terdalam.
Kelak kuhadiahkan padamu sebuah jantung dalam lidi,
dan kupajang sebagai kebahagiaan diri.

Jangan ada dusta, sayang.
Jangan ada dusta
di antara belantara jiwa kita.

Adam untuk hawa, hawa untuk adam.
Aku untuk engkau, engkau untuk aku.
Tuhan mencipta hati untuk berkisah
—kadang begitu rapuh dan mudah terluka.

Tuhan, ijinkan aku hanya mencintai-Mu,
setulus jiwa dan raga,
bukan perempuan dalam angan
penuh kepedihan dan drama belaka.

Semarang, 2013

Saifu Ali
Saifu Ali

Saifu Ali, lahir 11 September di Bojonegoro, Jawa Timur. Tahun 2014 lulus dari IAIN Walisongo (sekarang UIN Semarang) Fakultas Ushuluddin Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi. Mulai menulis cerpen dan puisi sekitar tahun 2010 akhir—saat itu ia bergabung bersama FLP Semarang. Tahun 2015 berkesempatan mengikuti Workshop Cerpen Kompas 2015 di Malang. Ia juga calon peserta #KampusFiksi Jogjakarta yang digagas Penerbit DIVA Press. Selain menulis, sehari-hari menjadi pendidik di MTs. Abu Darrin Bojonegoro sebagai guru BK (Bimbingan Konseling). Ia juga seorang freelancer sketcher & illustrator.

Tulisannya tersebar di media online, lokal, dan nasional. Juga termaktub dalam beberapa antologi: Botol-Botol Berisi Senja (Taman Budaya Jawa Tengah, 2014), Rung Buaya (Penerbit Unsa Press, 2015), Lelaki Perempuan (Penerbit Oase Pustaka, 2015).

Bisa dihubungi via twitter: @saifuali_ atau blogsaifuali(dot)com.

Related Posts

1 of 124