ArtikelEkonomi

Perspektif Gelombang Globalisasi Pertama

Globalisasi Pertama
Gelombang Globalisasi Pertama

NUSANTARANEWS.CO– Gelombang Globalisasi Pertama menurut Frederic S. Mishkin dalam The Next Great Globalization: terjadi mulai tahun 1870 sampai Perang Dunia I, tahun 1914 – di mana Globalisasi pertama ini ditandai dengan terbukanya ekonomi terhadap aliran-aliran barang, jasa, modal dan bisnis dari berbagai negara yang kemudian mengintegrasikan pasar-pasar mereka secara lebih luas. Pada rentang waktu itu, perdagangan internasional tumbuh di level 4% per tahun dan aliran modal internasional tumbuh 4,8% per tahun.

Dalam bukunya, The Rise of Capital, Robinson menyebutnya sebagai masa-masa transisi perkembangan kapitalisme merkantilis yang bercirikan atas kontrol perluasan perdagangan komoditi dunia, disertai dengan tekanan dan paksaan terhadap penduduk tertentu dalam proses produksi. Sehingga melalui merkantilisme ini Eropa secara perlahan berhasil mendominasi perdagangan dunia.

Pertumbuhan ekonomi merkantilisme ini, dimulai kira-kira tahun 1492-an saat terjadinya penaklukan benua Amerika yang disusul dengan terjadinya Revolusi Perancis 1789 yang menghantarkan terbentuknya kapitalisme industrial atau kapitalisme kompetitif. Revolusi Perancis juga menjadi pintu terbentuknya negara-bangsa, kaum borjuis dan revolusi industri.

Baca Juga:  Harga Beras Meroket, Inilah Yang Harus Dilakukan Jawa Timur

Revolusi Industri mengkonsolidasikan supremasi sistem kapitalis atas sistem-sistem lain seperti pembayaran upeti, perbudakan, dan kekeluargaan. Dalam perkembnagan selanjutnya, sistem kapitalisme ini mempunyai kebutuhan-kebutuha baru seperti bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industri di pabrik-pabriknya.

Pada tahun 1870, revolusi industri kedua mulai berjalan, yang ditandai dengan berkembangnya teknik-teknik produksi massal, penerapan ilmu pengetahuan dalam industri, berkembangnya pengetahuan-pengetahuan akan proses-proses kimiawi, besi dan baja, jaringan rel kereta api serta peran sentral dari bank dan semakin meningkatnya aktifitas dari apa yang dikenal sebagai joint-stock company. Juga terjadi konsolidasi pasar-pasar nasional, kristalisasi kelas kapitalis nasional yang mengambil alih kontrol atas pasar-pasar tersebut, dan mulai terlihat struktur oligarkis dari kapitalisme modern.

Joel Bakan dalam The Corporation menuliskan bahwa sampai akhir abad 19, korporasi yang dijual ke publik melalui pasar saham masih sangat sedikit, akan tetapi ketika memasuki abad kedua puluh, korporasi yang menjual sahamnya ke publik telah berkembang menjadi transaksi utama dalam lanskap ekonomi.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Serahkan Bantuan Sosial Sembako

Apalagi setelah hilangnya hambatan dalam kegiatan merger dan akuisisi, mengakibatkan semakin banyak korporasi kecil dan menengah terserap ke dalam sejumlah kecil korporasi besar – dari 1.800 korporasi setelah berkonsolidasi menjadi 157 yang terjadi antara tahun 1898 sampai 1904.

Di Amerika sendiri kurang dari satu dekade, perekonomiannya telah didominasi oleh sedikit korporasi yang dimiliki oleh banyak pemegang saham. Inilah awal era kapitalisme korporat dimulai.

Masa-masa transisi itu adalah transisi dari kapitalisme merkantilis ke kapitalisme industrial atau kapitalisme kompetitif, dan sebenarnya adalah juga sekaligus transisi dari kapitalisme industrial ke kapitalisme korporasi. Gambaran perkembangan praktek perekonomian tersebut nampaknya persis seperti apa yang dikatakan oleh Frederic S. Mishkin di atas, yakni terbukanya ekonomi terhadap aliran-aliran barang, jasa, modal dan bisnis dari negara-negara lain dan mengintegrasikan pasar-pasar secara lebih luas.(as)

Related Posts

1 of 3,050