Pernyataan Resmi Hamas Terkait Serangan 7 Oktober

Pernyataan Resmi Hamas Terkait Serangan 7 Oktober

NUSANTARANEWS.CO, Gaza City – Wakil Kepala Biro Politik Hamas, Salah al-Aruri dalam sebuah wawancara dengan Al-Jazeera pada 12 Oktober menyatakan bahwa serangan mendadak Hamas terhadap Israel ditujukan hanya pada tentara dan instalasi militer sebagai bagian dari serangan pendahuluan terhadap rencana Israel yang ingin melancarkan serangan setelah hari raya Sukkot.

Aruri mengungkapkan bahwa Hamas telah menerima informasi intelijen terkait rencana serangan Israel itu sehingga diputuskan untuk melakukan serangan lebih dulu.

Menurut juru bicara militer Hamas, Abu Ubeida mengatakan bahwa selama serangan mendadak pada 7 Oktober tersebut, Hamas telah menembakkan 3.500 rudal dan tembakan artileri yang menargetkan Divisi Gaza Israel termasuk 10 lokasi militer Israel lainnya.

Lebih lanjut Aruri berpendapat bahwa setelah jatuhnya komando Divisi Gaza, para pejuang Hamas yang awalnya hanya menahan tentara, namun ketika warga sipil bersenjata (tentara cadangan karena seluruh warga Israel adalah tentara-Red) memasuki lokasi telah mengakibatkan kekacauan.

“Tentara Israel mengikuti Petunjuk Hannibal di beberapa tempat, yang menyebabkan banyak korban jiwa,” katanya. “Tuduhan terhadap Israel dan negara-negara Barat bahwa kami melakukan kejahatan adalah sebuah kebohongan. Israel adalah pihak yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Israel tidak hanya menargetkan infrastruktur Hamas; namun juga menargetkan warga sipil.”

Arahan Hannibal adalah kebijakan militer Israel yang mengizinkan tentara menggunakan segala cara yang diperlukan untuk mencegah penangkapan seorang tentara Israel, bahkan jika itu berarti membunuh tentara tersebut.

Israel menuduh Hamas sengaja membunuh dan menculik warga sipil Israel yang tidak bersenjata di permukiman dekat Gaza, termasuk Sderot dan Kfar Aza, dalam serangan hari Sabtu. Para pejabat Israel mengatakan Hamas telah membunuh 1.200 warga Israel.

Saleh al-Aruri mengatakan bahwa, “Kami berjuang agar dunia mengakui hak rakyat kami untuk hidup seperti negara lain.”

Israel telah menduduki Tepi Barat, perlahan-lahan menyita tanah Palestina untuk pemukiman Yahudi, sejak tahun 1967, sambil mempertahankan warga Palestina di bawah kekuasaan militer tanpa hak-hak dasar.

Israel menarik diri dari Gaza pada tahun 2005, namun tetap mempertahankan pengepungan pada abad pertengahan dengan bantuan Mesir terhadap wilayah kantong padat penduduk tersebut sejak saat itu.

Aruri menambahkan bahwa diskusi mengenai masalah tawanan Israel yang dibawa oleh organisasi tersebut ke Gaza hanya akan dilakukan “setelah pertempuran selesai.”

Israel memutus aliran listrik dan air dan telah membom Gaza sejak serangan mendadak Hamas pada hari Sabtu, menghancurkan gedung apartemen tempat tinggal dan seluruh lingkungan.

“Saya telah melepaskan semua pengekangan,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada hari Selasa. “Kami beralih ke serangan penuh.”

Israel telah membunuh 1.354 warga Palestina di Gaza, termasuk ratusan wanita dan anak-anak, melalui serangan udara, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. (*)

Exit mobile version