KolomOpini

Permintan Maaf, Ultimatum Jepang Terhadap Kejahatan Besar AS

NUSANTARANEWS.CO – Permintan Maaf, Ultimatum Jepang Terhadap Kejahatan Besar AS. Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pekan ini, tepatnya tanggal 27 Mei 2016 mendatang akan berkunjung ke Jepang untuk menghadiri pertemuan tingkat tinggi negara-negara Kelompok Tujuh (G-7). Selain itu, Obama juga akan berkunjung ke Hiroshima, tempat bom atom pertama militer AS dijatuhkan pada 6 Agustus 1945 silam.

Sebagai Presiden AS dan peraih nobel perdamaian 2009, Obama dengan tegas menyampaikan tidak akan meminta maaf terkait insiden bom atom terhadap kota Hiroshima yang menewaskan 140.000 orang dan tiga hari kemudian bom kedua di kota Nagasaki dengan korban tewas sebanyak 74.000.

Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Nasional Jepang, NHK, Minggu (22/5), Obama menilai di masa perang para pemimpin perlu dan penting membuat keputusan seperti itu, jadi tidak perlu meminta maaf. Sebab bagi Obama, persoalan tersebut merupakan tugas para sejarawan untuk meneliti lebih jauh. Obama yang sudah menjadi presiden selama 7,5 tahun memahami para pemimpin di medan perang memang sulit untuk membuat keputusan.

Sejarah membuktikan, kedua bom atom yang dijatuhkan di kedua kota tersebut membuat Jepang menyerah dan Perang Dunia II pun berakhir. Setelah 70 tahun lebih berlalu, Obama berkunjung ke Hiroshima dengan ambisi  membangun kerja sama antara kedua negara di masa mendatang. Selain itu untuk mengampanyekan perdamaian dunia serta berdamai dengan masa lalu. Berdamai dengan tanpa minta maaf terhadap seluruh korban tak berdosa yang tewas di masa perang.

Baca Juga:  Bercermin dari Wilson Lalengke, Pemimpin Sejati yang Melindungi Anggota tanpa Batas

Pernyataan Obama ini mempertegas serangkaian komentar para petinggi AS yang mengatakan Obama tak akan meminta maaf terkait penggunaan bom atom saat berkunjung ke Hiroshima. Sekaligus memantapkan ambisi AS untuk mensterilkan planet bumi dari nuklir, seperti yang dikatakan juru bicara Gedung Putih, Joss Earnest.

Menurut Earnest, kunjungan Obama ke Hiroshima untuk menggarisbawahi kelanjutan komitmen Obama untuk mendukung perdamaian dan keamanan dunia tanpa senjata nuklir.

Pada prinsipnya, para pejabat Gedung Putih secara konsisten telah mengatakan jauh sebelum kunjungan ini, bahwa Obama atau pun Menteri Luar Negeri AS, John Kerry yang sebelumnya telah mengunjungi Hiroshima, tegas tidak akan meminta maaf.

Jepang Tidak Butuh Permintaan Maaf dari Obama

Sebagai peraih Nobel Perdamaian untuk komitmennya pada nonproliferasi nuklir, obama bersama Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akan berkunjung ke Peace Memorial Park, situs bom nuklir pertama di dunia yang menyimpan benda-benda bersejarah tentang korban bom atom dan mereka yang selamat. Shinzo tidak terlalu menanggapi apakah Obama kan minta maaf atau tidak. Shinzo hanya menilai kunjungan Obama sebagai keputusan luar biasa dan merupakan wujud penghormatan kepada seluruh korban bom atom di Jepang, khususnya di Horoshima dan Nakasaki.

Baca Juga:  Transisi Tarian Dero Menjadi Budaya Pop

Di sisi lain, kunjungan Obama ke Hiroshima, memicu perdebatan lagi terkait keputusan Presiden AS Harry Truman untuk menggunakan bom atom demi mengakhiri perang. Banyak warga AS yang meyakini bahwa penggunaan bom atom diperlukan demi menghindari perang yang lebih brutal saat AS menginvasi Jepang. Akan tetapi, bagi warga Jepang khususnya di Hiroshima, penggunaan bom atom terhadap warga sipil tak diperlukan dan memandang keputusan itu adalah sebuah kejahatan besar.

Kendati warga Jepang menilai Amerika telah berbuat kekahatan besar terhadar tanah kelahirannya, rupanya mereka tidak butuh permintaan maaf dari Amerika yang dalam hal ini diwakili oleh kehadiran Presiden Obama. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya survei yang digelar kantor berita Kyodo yang menunjukkan bahwa 80 persen penyintas bom atom tak menginginkan permintaan maaf dari Obama.

Alasan mereka tidak butuh permintaan maaf dari Obama, lantaran mereka yakin permintaan maaf tidak akan dilakukan oleh Obama. Apabila mereka menuntut paksa Obama minta maaf, mereka sangat yakin, bahwa Obama tidak akan datang ke Jepang, khususnya ke kota Hiroshima. Berdasar keyakinan tersebut, warga Jepang lebih berharap besar supaya Obama benar-benar melakukan penghapusan senjata nuklir yang membuat warga Jepang menderita.

Baca Juga:  Ketegangan Geopolitik dan Potensi Terjadinya Perang Nuklir

Ultimatum

Mayoritas wagra Jepang menyadari bahwa luka di masa perang memang sulit diterima oleh mereka yang kehilangan anggota keluarganya. Pengeboman pun tidak bisa dibenarkan dengan alasan apa pun. Seorang mantan guru sekolah di Hirosima Takeshi Masuda (91) menyatakan jika kunjungan Presiden Obama ke Hiroshima mampu menghapuskan senjata nuklir di masa depan, permintaan maaf dirasa tidak perlu dilakukan. Masuda adalah saksi ketika ia menjadi guru, dimana banyak muridnya yang menjadi yatim piatu akibat ledakan bom atom.

Korban lain yang masih hidup adalah Miki Tsukishita (75). Dirinya sangat ingat bagaimana bom jatuh dari langit Hiroshima pagi itu. Dia lari kembali ke rumahnya untuk berlindung diri dari ledakan dan asap panas. Walaupun Tsukishita adalah korban, pihaknya ingin Obama sebagai peraih Penghargaan Nobel Perdamaian karena mendesak pelucutan senjata nuklir menggunakan pengaruhnya untuk meminta para pemimpin dunia pemilik bom atom juga mengunjungi Hiroshima, sehingga mereka tahu apa dampak kemanusiaan dari senjata ini.

Tsukishita menegaskan, yang paling penting adalah tidak mengulang tragedi ini. Sebagaimana diketuahi publik bahwa AS merupakan satu dari sembilan negara di dunia yang memiliki senjata nuklir. AS diperkirakan memiliki 7.100 bom nuklir, kedua terbesar setelah Rusia dengan 7.700 bom. (Ucok Al-Ayubbi)

Related Posts

1 of 25