NUSANTARANEWS.CO – Dalam jagad alutsista nasional, kabar pengadaan rudal anti tank buatan Perancis ini sudah terendus sejak era pengadaan ranpur IFV (Infantry Fighting Vehicle) Marder 1A3. Di sekitaran tahun 2013 pengadaan rudal Milan dicanangkan, namun kabarnya baru pada bulan September 2016 sosok rudal ini hadir melengkapi arsenal infanteri TNI AD. Dari segi usia dan teknologi, Milan tak bisa digolongkan sebagai senjata baru, debut rudal ini secara teknologi bisa disandingkan dengan rudal TOW.
Siapakah sebenarnya Milan? Milan adalah singkatan dari missile d´infanterie léger antichar, atau dalam Bahasa Inggris disebut Light Anti Tank Infantry Missile. Diproduksi oleh MBDA, Perancis, rancangan Milan pertama kali dimulai pada tahun 1962 oleh periset Perancis dan Jerman. Milan pertama kali dilakukan uji coba penembakkan pada tahun 1971. Sertifikasi Milan akhirnya diperoleh setahun kemudian, seperti halnya rudal TOW 2, Milan mengusung model SACLOS (semi-automatic command to line-of-sight) dengan wire guided.
Meski dari segi usia sudah lumayan tua, Milan sampai saat ini masih jadi andalan di banyak negara. Telah dirilis dalam berbagai varian, menurut Wikipedia.org, sampai saat ini setidaknya telah diproduksi 360 ribu rudal dan 10 ribu peluncur rudal Milan. Agar update terhadap beragam situasi peperangan, sistem peluncur Milan dapat ditambahkan thermal sight jenis Mira atau Milis besutan Thales, sehingga rudal tank era 60-an tetap topcer saat dioperasikan di kegelapan malam.
Seperti halnya rudal TOW 2 yang belum lama ini berhasil menggasak MBT (Main Battle Tank) Leopard 2A4 Turki di Al Bab, Suriah. Rudal Milan bersifat anti jamming dari radio dan flare, pasalnya pemandu rudal menggunakan bentangan kabel. Ada keunggulan tentu ada juga kekurangan, dengan wire guided, maka ada keterbatasan pada jarak tembak, dimana varian awal Milan punya jarak tembak 2.000 meter, meski pada varian Milan ER (Extended Range) jarak tembak bisa ditingkatkan sampai 3.000 meter. Dalam beberapa rilis, meski dapat dapat menghindari jammer dari frekuensi radio, Milan masih takluk pada jammer infared Shtora yang berbasis lector optical active protection system.
Secara umum, rudal Milan dapat melesat dengan kecepatan 200 meter per detik. Dan sampai saat iniu telah dirilis dalam varian Milan 1 (1972) dengan kaliber 103 mm, Milai 2 (1984) dengan kaliber 115 mm, pada Milan 2 ditambahkan kemampuan penetrasi lapis baja sampai 880 mm. Selanjutnya ada Milan 2T (1993) dengan kemampuan menembus reactive armor 880 mm. Di tahun 1996 dirilis Milan 3 dengan tandem warhead dan dukungan elekctronic beacon. Dan yang terbaru Milan ER yang menyerap keunggulan Milan 3 dengan jarak tembak sampai 3.000 meter, dan kabarnya mampu menembus baja setebal 1.000 mm.
Tentang keberadaan Milan di Indonesia masih belum jelas benar, apakah nantinya rudal ini akan dipasang pada ranpur IFV Marder 1A3, ataukah dioperasikan man portable oleh regu infanteri reguler? Bila digunakan pada ranpur, maka Milan akan masuk etalase kesenjataan Batalyon Infanteri Mekanis (Yonif Mekanis). Sejatinya tak hanya Marder yang cocok dipasangi Milan, ranpur roda ban seperti panser Renault VAB dan Panhard VBL juga dirancang ideal dipasangkan Milan. Kombinasi tersebut sudah jamak diterapkan AD Perancis. Sebagai informasi, Renault VAB 6×6 dan Panhard VBL 4×4 juga sudah lama dioperasikan TNI AD.
Belum ada informasi varian Milan apa yang diadopsi oleh TNI AD, namun yang jelas kini Indonesia menjadi salah satu dari 41 negara pengguna Milan. Bagaimana soal pengalaman perang? Yangb ini catatannya lumayan banyak, diantaranya dilibatkan Inggris dalam Perang Malvinas untuk menghancurkan perkubuan pasukan Argentina. Di Perang Teluk, rudal ini jadi penjagal bagi beberapa tank Irak. Dan sejak tahun 2015, Inggris telah mengganti Milan dengan FGM-148 Javelin, jenis rudal tank tercanggih yang kini juga telah dioperasikan TNI AD. (GP/indomiliter)