NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Jenderal Perang Cina Kwan Sing Tee Koen di Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban, Jawa Timur menjadi patung jenderal perang se-Asia Tenggara. Patung yang diinisiasi oleh Ketua Penilik Klenteng, Alim Sugiantoro ini menelan dana hingga Rp. 2,5 miliar dari donatur jemaat kelenteng sejak tahun 1970.
Karena tinggi patung yang mencapai 30,4 meter, notabene lebih tinggi 16,4 meter dibanding patung Jenderal Sudirman di Jakarta yang memiliki tinggi 12 meter, sukses memecahkan rekor MURI pada Senin, 17 Juli 2017 lalu.
Menanggapi hal itu, Panglima Besar PETA, Mayor (purn) M Saleh Kr Sila beserta jajarannya dengan tegas menyatakan penolakannya terhadap monumen patung yang diresmikan langsung oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan.
“Saya sebagai anak bangsa Indonesia yang terlahir sebagai pejuang membela tanah air tidak sepakat dengan adanya patung (Jenderal Perang Cina Kwan Sing Tee Koen) Cina di Tuban,” cetus Mayor (Purn) M Saleh Kr Sila di Bekasi sebagaimana telah dikonfirmasi oleh nusantaranews.co, Sabtu, 29 juli 2017,
Pencetus sistem ekonomi PETA ini menegaskan bahwa pihaknya akan senantiasa mempertahankan kebudayaan Indonesia. “Kami akan mempertahankan budaya indonesia yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia di setiap wilayah masing-masing,” katanya.
“Saya sebagai panglima besar PETA mewakili pejuang PETA di 28 Provensi dan di 5 negara asing meminta kepada pemerintah daerah maupun pusat agar patung tersebut di rubuhkan. Jika harus membuat patung di tempat umum, maka sebaiknya buatlah patung para pahlwan kita sebagai pengingat jasa jasa mereka di masa lalu,” harap Mayor (Purn) Saleh.
Menurut dia stiap daerah memiliki pejuang dan pahlawan di masa lalu maka silahkan dibuat patungnya jika memang dianggap perlu.
“Membuat patung jenderal Cina di Tuban akan mengakibatkan kontra yang akan meluas di negeri ini,” tandasnya.
Baca: Geprindo Kecam Keras Berdirinya Patung Jenderal Perang Cina di Tuban
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman