Perempuan dan Arti Kemerdekaan
Perempuan terhimpit adanya patriarki yang dilestarikan melalui proses sosialisasi dan reproduksi dalam berbagai bentuk oleh masyarakat. Sehingga perempuan dalam budaya patriarkal dihantui oleh pesan-pesan yang negatif dan meremehkan keberadaan mereka.
Oleh: Dr. Susetya Herawati
Dewasa ini, masyarakat sudah mulai sadar bahwa ada pergeseran nilai di mana kaum perempuan memiliki tempat melalui perkumpulan kaum perempuan untuk membantu perekonomian keluarga melalui kegiatan rumahan. Budaya wirausaha merupakan kesadaran tentang pentingnya menjadi mandiri bagi kaum perempuan.
Hal ini juga merubah total cara pandang masyarakat terhadap kaum perempuan, di mana perempuan (desa) sangat lekat sebagai konco wingkin yang hanya mengabdi kepada suami dalam ajaran perempuan jawa sebagaimana disampaikan WDW (dalam fananie, 2005) sebagai berikut :
- Mantep, tak berniat pada orang lain kecuali suaminya
- Temen, tidak palsu terhadap segala hal, tidak berdusta dalam berbicara
- Nrima, menerima dengan iklas apa yang telah menjadi bagiannya (takdir), khususnya yang berasal dari suaminya.
- Sabar, tidak sering atau cepat marah
- Bakti, tidak berani kepada suami, menghormati, tidak lancang , tidak menguasai, tidak turut campur tangan urusan suami,
- Gemati, cekatan melayani suami mengenai apa yang dikehendakinya
- Miyuhu, taat kepada segala petunjuk suami, menurut dan tidak membantah
- Rumekseng laki, dapat menjaga dan menyimpan rahasia suami, sayang dan tidak rela jika suami terkena sesuatu yang berbahaya.
- Weweka, kuat santosa dan dapat menjaga diri.
Dari kesepuluh sikap pengabdian pada suami ini sesungguhnya dapat dijadikan modal bagi kaum perempuan dalam perannya saat ini, di mana masyarakat 5.0 telah mendorong seluruh kreativitas dan inovasi dapat dilakukan di rumah. Teknologi dan informasi telah mendorong dan mendukung perempuan untuk mampu memiliki aktifitas perempuan dalam keikutsertaannya memaknai kemerdekaan dengan membantu ekonomi keluarga melalui kegiatan industri rumahan.
Transformasi budaya yang timbul akibat adanya globalisasi melalui Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 agaknya telah memberikan keberpihakan pada perempuan dalam peran sertanya pada pembangunan tanpa adanya himpitan budaya. Ini adalah peluang yang harus dimanfaatkan dengan sebaik baiknya khususnya oleh perempuan Indonesia.
Semangat yang memotivasi diri dan etos kerja yang muncul dari dalam diri untuk berkarya didukung oleh lingkungan yang menerima seluruh aktifitas tersebut merupakan penggabungan semangat dari dalam diri dan etos kerja, serta kuatnya ajaran agama yang dianut telah menumbuhkan satu nilai bahwa tidak akan ada yang memberi atau merubah apapun, semua hanya bisa terjadi dengan melakukan sendiri. Nasib akan berubah apabila kita melakukan sesuatu dengan tujuan baik. (M2)