NUSANTARANEWS.CO, Sanaa – Perang Yaman: Houthi mengkritik negara kawasan yang menerima hegemoni Amerika. Pemimpin Houthi mengkritik beberapa negara kawasan yang dengan terbuka menerima hegemoni Amerika Serikat (AS) di kawasan regional. Pemimpin gerakan Houthi Ansarullah Yaman Abdul-Malik al-Houthi mengatakan bahwa AS berniat menargetkan negaranya seperti apa yang dilakukan terhadap Irak dan Afghanistan.
Houthi juga menambahkan bahwa posisi strategis Yaman dan kekayaan sumber daya alamnya telah mendorong AS untuk menguasainya. “AS datang ke Yaman dengan dalih melatih pasukan Angkatan Darat Yaman dan kemudian mulai membangun pangkalan untuk meningkatkan dominasinya.
Pemimpin Yaman itu juga mengecam Israel dan Barat karena menyebarkan terorisme melalui tangan Al-Qaeda untuk mendapatkan kendali di wilayah tersebut.
Dikatakannya, “Kelompok Takfiri (afiliasi Al-Qaeda) beroperasi secara paralel sesuai dengan skema imperialism AS-Barat untuk menipu negara-negara dengan kedok memerangi terorisme.”
Dengan kata lain, kelompok Tafkiri diciptakan untuk membantu mencapai tujuan hegemoni AS di kawasan.
Houthi merujuk kepada kejahatan yang dilakukan oleh kelompok teroris Al-Qaeda di berbagai negara, termasuk Suriah, Lebanon, Yaman, dan Irak – (lebih jauh lagi jejak-jejak awal Al Qaeda dapat ditelusuri dalam peristiwa pembantaian etnis di Yugoslavia – Red)
Dalam pidatonya pada hari Rabu, memperingati ulang tahun syahid Sayyed Hussein Al-Houthi, mantan pemimpin Ansarullah – Houthi mengatakan bahwa sejak awal agresi AS-Saudi, wilayah Ma’rib telah menjadi front utama bagi pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, tentara bayaran, dan para teroris bergerak secara militer.
Ditegaskan oleh Houthi bahwa, front Ma’rib sejak awal agresi tidak ada gencatan senjata. Kemenangan Houthi di Ma’rib telah mulai mengganggu kepentingan AS – dan dunia menuntut untuk mengakhiri kemajuan lebih jauh yang telah dicapai oleh kolaborasi tentara Yaman
Houthi juga menyampaikan bahwa keberadaan jutaan pengungsi di Ma’rib adalah kebohongan besar, ada sejumlah pengungsian yang “kami pedulikan dan tidak dalam konteks penargetan”.
“Bahwa kamp-kamp militan bukanlah kamp untuk para pengungsi,” lapor al-Masirah. (Banyu)