Puisi Azizi Sulung
Malamku Bertanya
suatu kali
malam mencegat kepergianku menuju rumahmu
sembari ia bertanya:
“mengapa kau terima kehadiranku,
bukankah seluruh perempuan itu pengkhianat sebagaimana kau tahu?”
aku bukanlah azroil yang terlanjur setia pada kematian
atau yusuf yang nyaris kehilangan arah
saat zulaikha merengkuhnya dengan sebuah busur panah
“lalu, apa guna kehadiranku?”
engkau serupa ismail yang memercikkan air zamzam dalam kepongahanku
atau seumpama bilkis yang membebaskan sulaiman dari segala ragu dan ambigu
“apakah kau akan bahagia dengan kehadiranku?”
aku akan belajar menerima kenyataan dari ketegaran zakaria
sesekali aku akan mendatangi perahu nuh
untuk sekadar mengaji hati dan hakikat cinta yang suci.
Rumah Belimbing, 2017
Rantau
:faiqurrahman
bibir ini tak pernah berkesudahan merapal doa
memanjangkan jarak menuju rentang kemungkinan-kemungkinan
perjalanan ini sungguh menyakitkan
karena hakikatnya kita terusir
menuju perantauan
aroma sedap kampung halaman
berhembus diantar angin jalang
tembang sumbang rindu kampung halam
selamanya akan senantiasa kita senandungkan.
Rumah Belimbing, 2017
Senja di Pojok Rumahmu
ada yang terhalang langit jingga
rindu yang terlipat di daun jendela
kau mengusirnya dengan diam seribu bahasa
ada rembulan jatuh di kejauhan
memaksa jasadku menjelma malam
aku menunggunya sebagai purnama
hingga seluruhku sempurna berwujud gerhana
ada yang tersisa di senja itu
senyummu yang tersirat
menjadi langit sebagai atap
sekaligus bumi yang selamanya akan kupijak.
Rumah Belimbing, 2017
perahu itu terus terdayung
permukaan laut tampak memburam
tangan keriput itu menggenggam
: setangkup nasib dan pengharapan
perahu itu lebih jauh lagi terdayung
menuju permukaan laut yang kian memburam
tangan keriput itu lebih geram menggenggam
: mempertaruhkan takdir dan dendam.
Rumah Belimbing, 2017
Kembali
selalu kubilang:
pulanglah ke asal
sebelum menyesal
selalu kukatakan:
tinggalkan kenangan
masuklah ke ambang
selalu kuingatkan:
kembalilah ke diri
sebelum kembali pada ilahi.
Rumah Belimbing, 2017
Azizi Sulung, lahir di Sumenep, 07-07-1994. Santri Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura. Kumpulan Puisinya yang telah terbit, Accident: Malapetaka Terencana, Simposium, Solitude, Luka-Luka Bangsa, dan Rampai Luka.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com