NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sastra Reboan bersama kelompok Ziarah Kesenian/Karyawan Nusantara (ZKN) menggelar dialog sastra bertajuk Apa Kabar, Kesusastraan Nusantara Hari Ini?
Acara yang dihadiri 35 penyair yang di antaranya 12 orang dari Malaysia, Bengkulu, Pekanbaru, Medan, Padang, dan Jakarta ini berlangsung di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Cikini Raya, Jakarta Pusat, Jumat (24/8/2018).
Sejumlah seniman dari dua negara (Indonesia-Malaysia) menampilkan pembacaan puisi, musikalisasi puisi, puisi macapatan, monolog dan pantomin. Di antaranya Yahya Andi Saputra, Uki Bayu Sedjati, Herman Syahara, Rinidiyanti Ayahbi, dan lain-lain.
Aktivis SR, Dyah Kencono Puspito Dewi, mengatakan acara ini menjadi suatu kehormatan bagi SR di bulan Agustus ini karena juga bertepatan dengan Hari Kemerdekaan.
Dyah berharap, Dialog Sastra Nusantara ini dapat mememberikan gambaran utuh tentang sastra, seni dan budaya antara Indonesia dan Malaysia.
“Diharapkan Dialog Sastra Nusantara dapat melahirkan sebuah diskusi yang dapat mencairkan gambaran tentang seni, sastra, dan budaya antar kedua negara. Antara lain karena sama-sama mempunyai akar kekuatan dari Melayu,” ujar Dyah.
Apa kabar, Kesusastraan Nusantara hari ini? Tiga narasumber dari kedua negara yaitu Syarifuddin Arifin (Indonesia), Yahya Isa (Malaysia).
Yahya Isa menyampaikan, sastra itu bahasa roh dan badan yang dituliskan dengan bahasa yang baik, menarik, dan indah. “Sastra ditulis dengan kata-kata indah dan kata penuh makna supaya bisa dibaca, dinikmati, dihayati dan dipahami oleh masyarakat pembaca,” kata Yahya dalam pemaparannya.
“Bahasa sastra memiliki arti penting untuk menyampaikan sebuah pesan tertentu kepada pembaca,” imbuhnya.
Sementara itu, Bambang Widiatmoko dalam materi diskusinya Sastra Nusantara dalam Konteks Kekinian mengatakan bahwa Indonesia memiliki kekayaan sastra tradisional yang beragam.
“Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa dengan keberagamannya, beragam suku, beragam budaya, beragam agama, dan beragam bahasa dan sastra. Indonesia memiliki sekitar 700 bahasa yang digunakan diantaranya sebagai daya ungkap sastra,” kata Bambang.
Sastra, kata Bambang, telah hidup menjadi tradisi yang kuat dan menjadi identitas. “Sastra tradisional Indonesia hidup dalam sastra lisan dan tulisan tangan (manuskrip). Di samping itu, terdapat juga sastra cetak dan kini sastra siber,” imbuhnya.
Pewarta: Achmad S
Editor: Novi Hildani