Berita UtamaMancanegara

Pentagon Mulai Menggelar Pasukan Tambahan ke Afghanistan

NUSANTARANEWS.CO – Beberapa minggu sejak Presiden Trump meluncurkan strategi baru AS di Afghanistan, militer AS memulai menggelar pasukan tambahan ke negara tersebut. Seperti diketahui, AS telah menjalankan operasi kontraterorisme di Afghanistan sejak tahun 2001.

Penggelaran pasukan khusus tambahan ke Afghanistan tersebut, kini sedang berlangsung, kata juru bicara Departemen Pertahanan AS Rob Manning dalam sebuah briefing pada hari Jumat, kemarin.

Penggelaran pasukan tersebut dilakukan kurang lebih sebulan setelah Presiden AS Donald Trump meluncurkan sebuah strategi baru AS di Afghanistan pada bulan Agustus. Rencana Presiden Trump,  antara lain, perluasan otoritas militer AS di negara ini. Namun, rencana aksi strategi baru militer AS di Afghanistan tersebut, tidak diumumkan secara terbuka.

Perang AS di Afghanistan adalah perang terpanjang, betapa tidak bila operasi militer AS di negara Asia Tengah tersebut telah berlangsung selama hampir 16 tahun. Menurut Linda Bilmes dari Harvard Kennedy School of Government, perang di Irak dan Afghanistan juga merupakan “perang termahal dalam sejarah AS,” diperkirakan AS telah mengeluarkan biaya sebesar $ 4 sampai $ 6 triliun dalam konflik tersebut.

Baca Juga:  Rawan Kecolongan Suara, AMIN Siap Kentongan Jadi Senjata

Baca: Menanti Strategi Baru AS di Afghanistan

Sementara, terkait dengan rencana strategi baru AS tersebut, Washington juga telah menolak usulan Mooskow untuk mengadakan konsultasi mengenai isu-isu yang terkait di Afghanistan pada musim semi mendatang, kata Kementerian Luar Negeri Rusia, seperti dilansir Sputnik. Namun, Washington kemudian mengusulkan untuk mengadakan sebuah pertemuan di sela-sela Sidang Umum PBB (UNGA), kata Kepala Kementerian Luar Negeri Rusia pada hari Rabu.

Baca: Presiden Trump Membuka Peluang Perundingan Dengan Taliban

Sampai hari ini, situasi di Afghanistan memang masih dilanda gejolak politik dan sosial yang tinggi, terutama dengan beroperasinya gerilyawan bersenjata dari kelompok Taliban, dan faksi-faksi ekstrim lainnya di negara tersebut. (Banyu).

Artikel Terkait:

Presiden Trump Memperluas Wewenang Militer AS di Afghanistan

Menhan AS: Kami Tidak Menang di Afghanistan

Related Posts

1 of 15