NUSANTARANEWS.CO – Konsistensi pengadaan alutsista dengan kerjasama transfer teknologi wajib diteruskan. Misalnya lanjutan kerjasama pembuatan kapal selam ke 4 dan ke 5 dengan Korsel.
“Kita sudah bangun dengan investasi besar galangan kapal selam di Surabaya. Kita sudah sekolahkan ratusan insinyur ke Korsel selama 6 tahun. PAL saat ini sedang membangun kapal selam ke 3 Nagapasa Class. Pesannya jangan mudah pindah ke lain hati hanya karena rayuan komisi berwajah dollar,” ungkap Analis Pertahanan Nasional, Jagarin Pane dikutip Senin (25/12/2017) dari keterangan tertulisnya.
Demikian juga dengan serial PKR (Perusak Kawal Rudal) produksi bersama PAL dan Damen Schelde Belanda, lanjut dia sudah mampu membuat dua kapal perang Martadinata Class. Hal itu, kata Jagarin, bisa dilanjutkan lagi dengan pembuatan kapal perang ketiga, keempat dan seterusnya.
“Ini dalam rangka penguasaan teknologi kapal perang yang sudah di depan mata, jangan sia-siakan itu. Termasuk juga program jet tempur teknologi tinggi KFX/IFX sebagai langkah strategis yang perlu dikawal terus menerus,” sambung dia.
Semua itu, menurutnya memerlukan koordinasi dan komunikasi serta lobby yang terus menerus dengan Kemhan sebagai induk semang birokrasi pertahanan dan alutsista. Kemhan juga dituntut untuk sigap, cepat dan cerdas dalam mengambil keputusan strategis.
“Bukan ngurusin yang taktis dan teknis. Contohnya soal kapal selam Nagapasa yang catuan elektriknya kurang bertenaga. Kan sudah diselesaikan pada waktu Sea Trial di Korsel. Kok malah diumbar di ruang publikasi, teknis banget itu,” jelas Jagarin.
“Kita bangga jika militer kita kuat dan bertenaga. Kuat di postur prajurit dengan kemahiran bela diri dan survival yang spartan. Bertenaga karena dipenuhinya alutsista yang dibutuhkan, alutsista yang modern dan berteknologi,” katanya.
Negara yang kuat di bidang militer, lanjut Jagarin, sudah pasti akan disegani negara lain. Jadi untuk mengganggu ataupun melecehkan teritori maka akan berpikir ulang, jika TNI dan alutsistanya minimal sudah memenuhi MEF jilid tiga. (*)
Pewarta: Gendon Wibisono
Editor: Romandhon