Lintas Nusa

Pengembangan Infrastruktur Kebudayaan Umat Lebih Baik dari Reuni 212

NusantaraNewss.co, Jakarta – Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat, M. Din Syamsuddin akhirnya menjawab sekian pertanyaan yang ditujukan kepadanya perihal keikutsertaan dirinya pada acara Reuni 212.

“Setiap dan semua orang/kelompok mempunyai hak konstitusional dan kebebasan untuk mengekpresikan pendapatnya, dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk melalui demonstrasi atau peringatan demonstrasi,” terang Din menyampaikan pandangan dan sikapnya baru-baru ini.

Menurut Din, kelompok pendukung Aksi 212 juga mempunyai hak untuk mengaktualisasikan diri, dan oleh karena itu gerakan mereka untuk mengadakan Reuni Aksi 212 adalah absah di alam demokrasi selama tidak menggunakan kekerasan.

“Saya tidak ikut Reuni tersebut karena saya bukan alumni, dan saya mempunyai pemahaman tentang permasalahan umat Islam serta pendekatan tersendiri dalam menanggulanginya dan dalam beramar makruf nahyi munkar,” tutur Din.

“Dalam pandangan saya, izzul Islam wal Muslimin di Indonesia perlu dicapai melalui perjuangan strategis mengembangkan infrastruktur kebudayaan umat Islam. Maka diperlukan karya-karya nyata dalam meningkatkan mutu kehidupan umat Islam dalam berbagai bidang,” imbuhnya.

Baca Juga:  Identitas Siswa, Pemberlakuan Seragam Baru Siswa Sekolah Banjir Dukungan

Oleh karenanya, lanjut Din, perlu ada langkah strategis yang lebih menekankan praxisme keagamaan dari pada menampilkan mob populisme keagamaan.

Ia menambahkan, masalah yang dihadapi umat Islam di Indonesia adalah masih adanya kelemahan infrastruktur kebudayaan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, informasi. Maka, kata dia, perjuangan yang relevan saat ini adalah mengatasi permasalahan tersebut. Semua sumber daya sebaiknya diarahkan untuk memperbaiki aspek-aspek kebudayaan tadi.

“Saya menyarakankan untuk mengubah strategi dari al-jihad lil mua’radhah (perjuangan melawan/struggle against) ke al-jihad lil muwajahah (perjuangan menghadapi/struggle for). Inilah yang saya maksud perjuangan umat Islam lebih baik mengambil bentuk orientasi praksisme (karya-karya kebudayaan) dari pada orientasi  populisme (kerja-kerja kerumunan),” jelas Din Syamsyuddin.

Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 18