EkonomiPolitikTerbaru

Pengelolaan Sampah di Indonesia Masih Terbentur Masalah Dana dan Keputusan Politik

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, mengatakan bahwa pengelolaan limbah padat di Indonesia masih mengalamai masalah yang rumit. Pasalnya, pengelolaan tersebut membutuhkan dana sekaligus adanya keputusan politik (political will).

“Sebagai bagian dari otonomi daerah, pengelolaan sampah merupakan masalah di bawah yurisdiksi pemerintah daerah, baik di tingkat kota atau tingkat kabupaten. Ini bukan lagi tanggung jawab pemerintah pusat, namun dampaknya pengelolaan sampah yang tidak sempurna di tingkat daerah berdampak langsung pada tingkat nasional dan bahkan tingkat global seperti pada kasus puing-puing plastik laut,” ujar Luhut saat ditemui di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Senin (11/9/2017).

Luhut mengungkapkan, bahwa isu utama lainnya adalah minimnya dana pemerintah daerah dalam hal pengelolaan sampah padat. “Jelas, di tingkat nasional ada kekurangan sekitar USD 5 – 9 per orang per tahun atau antara USD 1,3 miliar menjadi USD 2,3 miliar,” jelas dia.

Berdasarkan analisis Bank Dunia, standard global untuk pendanaan minimum limbah padat adalah USD 10 – USD 15 per orang per tahun, sedangkan di Indonesia baru USD 5 – USD 6 per orang per tahun atau sekitar 2,6 persen dari jumlah total APBD.

Baca Juga:  BPPD Nunukan dan BNPP Gelar FGD IPKP PKSN Tahun 2023

Lebih lanjut, pengelolaan sampah di dunia masih sangat minim di berbagai negara global, terutama sampah plastik. Oleh karena itu, Luhut menargetkan pada 2025 agar Indonesia dapat menyelesaikan 70 persen masalah sampah plastik.

“Kita harus mobilisasi kekuatan bersama negara maju yang sudah berhasil mengelola plastik. Tadi sudah disebutkan plastik seluruh dunia baru 10 persen yang dikelola. Negara maju aja begitu apalagi kita,” kata dia.

Luhut menilai, bahwa untuk menutup celah ini tidaklah mudah serta harus menemukan solusi yang tepat. “Kita perlu mencari beberapa solusi yang bisa dijalankan secara paralel, seperti berkampanye untuk 3R, membersihkan pantai, mendukung industri bio-plastik, mempertimbangkan membayar kantong plastik sekali pakai, limbah untuk energi, dan ide inovatif serta membangun kolaborasi dengan mitra yang berminat antara Pemerintah, industri dan LSM,” tuturnya.

Pewarta: Ricard Andhika
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 10