NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pengamat ekonomi Universitas Indonesia Athor Subroto mengatakan kebijakan impor 500 ribu ton beras dari Vietnam dan Thailand tidak akan berdampak pada pasar manakala pemerintah mampu mengisolir beras yang impor tersebut hanya untuk kalangan menengah keatas.
Keputusan pemerintah mengimpor beras menimbulkan pertanyaan dan kecurigaan banyak pihak. Pasalnya, akhir Januari Indonesia sudah memasuki panen raya.
“Nah sebenernya sih kalau pemerintah bisa mengisolir itu semua untuk hanya kalangan atas tidak akan berpengaruh kepada harga. Tapi yang sering terjadi adalah itu bocor,” kata Athor saat dihubungi NusantaraNews, Senin (15/1).
Ia menyebutkan, kebiasaan yang dilakukan perusahaan nakal mereka mengoplos bera.
“Mereka biasanya akan dioplos dengan beras biasa akan tetapi tetap diecer dengan harga tinggi gitu, pemerintah tidak punya kontrol di situ, nah itu sebenarnya disayangkan,” imbuhnya.
Selain itu, Athor juga menyebut impor beras akan berpengaruh teradap psikologi pasar dan petani.
“Sekarang kan sedang digencar-gencarkan untuk produksi yang tinggi, digembor-gemborkan juga kementerian terkait dalam mensuplai beras dan lain-lain, terus tiba-tiba mau impor, seolah-olahkan memberikan pandangan banyak orang bahwa ada apa ini, apakah produksi kurang, beras dari Vietnam dan Thailand kan nggak banyak berbeda dari kita, kecuali kalau berasnya nggak ada ditanam di Indonesia,” terangnya.
Karenanya, kata dia, wajar kalau kemudian pemerintah dinilai tidak jujur dalam pengelolaan pangan di Indonesia.
“Itu berhasil memberikan kesan pemerintah tidak jujur dalam suplai dan demand beras dalam mengontrol harga beras, ini policy yang mengejutkan,” pungkasnya.
Reporter: Syaefuddin A
Editor: Eriec Dieda