Politik

Pengamat: Harusnya Parpol Merasa Isu SARA dan Hoaks Ancaman Nyata

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Berita palsu atau hoaks dan sejumlah SARA masih banyak diterima oleh masyarakat Indonesia menjelang pelaksanaa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang. Bahkan ada yang menyatakan bahwa saat ini masyarakat Indonesia sedang dalam terpaan tsunami hoaks.

Menanggapi hal itu, Pengamat Politik Ray Rangkuti menilai, seharusnya partai politik merasa bahwa isu SARA dan Hoaks merupakan ancaman nyata terhadap keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

“Tapi, justru partai politik saat ini tidak bersikap keras terhadap penyebaran hoaks itu,” kata Ray saat menjadi narasumber pada diskusi bertajuk “Hoaks Tumbuh Subur, Karena Partai Oposisi Tidak Kredibel” di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (9/3) kemarin.

“Sejatinya semua partai politik merasa hoaks ini penyakit bagi demokrasi kita, oleh karena itu, semuanya harus punya komitmen memberantasnya, baik yang di oposisi maupun yang di pemerintah,” imbuh Peneliti dari Lingkar Madani itu.

Secara umum isu hoaks yang beredar saat ini, kata Ray, banyak menghantam pemerintah. Kendati demikian, Ray menegaskan bahwa bukan berarti hoaks tersebut dibuat oleh oposisi. Oleh karenanya, baik pemerintah maupun oposisi harus menyatakan dengan tegas, siapapun pelaku penyebar hoaks itu harus di proses secara hukum, bukan sebaliknya.

Baca Juga:  Sumbang Ternak Untuk Modal, Komunitas Pedagang Sapi dan Kambing Dukung Gus Fawait Maju Pilkada Jember

“Sebaiknya baik yang dioposisi maupun yang di pemerintah harus menyatakan dengan tegas siapun pelakunya harus segera diproses secara hukum, bukan sebaliknya seperti mempermaklumkan. Harus ada komitmen baik di pemerintah maupun dioposisi, mengatakan bahwa hoaks ini sesuatu yang berbahaya bagi bangsa dan negara,” harap Ray.

Menurut Ray, ini mengkritik baik oposisi maupun pemerintah tang hanya berteriak jika menjadi korban hoaks. Seharusnya kata dia, siappun yang menjadi korban harus tegas terhadap penyebar hoaks itu. “Kalau dia korbanya baru dia teriak. Kalau yanh lain yang nggak korban seperti memakluminya, nah sekarang yang kena pemerintah, pemerintah teriak-teriak, ‘saya ini adalah korban hoaks’ tapi yang lain yang oposisi tidak,” pungkasnya.

Pewarta: Achmad S.
Editor: M. Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 11