Politik

Pengamat: Evaluasi Kecelakaan Hercules Harus 5 M

NUSANTARANEWS.CO – Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas Kertopati, menyampaikan sejumlah catatan penting terkait tragedi jatuhnya Pesawat Hercules C-130HS milik TNI Angkatan Udara (AU) dengan nomor registrasi A-1334 yang jatuh dalam perjalanan dari Wamena ke Timika, Papua, beberapa waktu lalu.

Menurut wanita yang akrab disapa Nuning itu, dalam menilai kelayakan suatu alat utama sistem persenjataan (alutsista) tidak hanya semata-mata dari usia alutsista tersebut. “Tetapi layak tidaknya itu yang telah dievaluasi secara profesional,” ungkapnya kepada wartawan, Jakarta, Jum’at (23/12/16).

Kendati demikian, Nuning mengatakan, memiliki alutsista yang lebih baru tentu akan lebih baik. Namun mengenai Pesawat Hercule yang jatuh belum lama ini, Nuning pun memiliki catatannya tersendiri.

Nuning menyebutkan, penyebab kecelakaan pesawat Hercules tersebut harus dievaluasi berdasarkan 5 kategori. “Harus 5 M, yakni Manusia (SDM), Material, Manajemen, Misi dan Media,” katanya.

Untuk Manusia atau SDM, Nuning menjelaskan, apakah perwira penerbangnya sudah teraudit memang mahir atau belum. Lalu, apakah sudah memiliki jam terbang yang cukup atau belum untuk sebuah alutsista.

Baca Juga:  Menangkan Golkar dan Prabowo-Gibran di Jawa Timur, Sarmuji Layak Jadi Menteri

“Cuaca dan kondisi tempat harus diukur melalui kirka (perkiraan keadaan). Disini profesionalitas harus teruji dan juga dalam menghitung kirkanya harus tepat,” ujarnya.

Sedangkan untuk Material, lanjut Nuning, tentu saja terkait dengan kelayakan alutsista tersebut. “Kalau manajemen itu terkait pemeliharaan, TOT dan lain-lain,” katanya.

Kemudian terkait misi, Nuning mengingatkan para investigator harus mencari tahu untuk apa pesawat diterbangkan, apakah untuk kegiatan militer atau non militer atau bahkan yang lainnya. “Untuk media sendiri, yang pasti berkaitan dengan kondisi alam sekitar, cuaca dan lain-lain,” ungkapnya.

Di samping itu, Nuning menyarankan, jika Pemerintah ingin membeli lagi sebuah alutsista, maka harus dipastikan betul bahwa kita telah secara profesional menguasai keseluruhan teknologinya.

“Ke depan untuk pengadaan atau pembelian alutsista harus lebih holistik evaluasinya dan dipastikan proses transfer of technology dapat terlaksana dengan baik serta profesional,” ujarnya menambahkan. (Deni)

Related Posts

1 of 17