NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pengamat intelijen UI, Ridlwan Habib menilai ada grand design dari pihak lain yang mencoba untuk mengadu domba TNI, Polri dan BIN melalui isu adanya rencana pengadaan 5 ribu pucuk senjata yang kini tengah menjadi bahan pembicaraan publik secara luas agar ketiga institusi tersebut saling serang dan bertikai.
Ridlwan menuturkan, desain adu domba itu dilakukan melalui media sosial yang diyakininya datang dari pihak asing.
“Dari penelusuran dengan metode open source intelligence atau OSINT, operasi adu domba ini menggunakan medsos,” ujar Ridlwan di Jakarta, Senin (25/9/2017).
Dia menjelaskan, pada tanggal 23 September pukul 22 muncul tagar di media sosial #PanglimaTantangBIN . Tagar itu sempat menjadi trending topik di Twitter. “Dari penelusuran saya, itu menggunakan auto bot, mesin, bukan akun-akun asli, ” katanya.
Di media sosial, Ridlwan menjelaskan, banyak akun-akun anonim yang pada akhirnya mulai di Twitter tagar #PanglimaTantangBIN. Selain BIN, akun-akun anonim itu juga memanaskan situasi dengan seolah-olah menuduh Polri mempunyai senjata ilegal. “Bahkan dengan gambar-gambar hoax, ” kata Ridlwan.
Ridlwan mencontohkan salah satu posting di media sosial yang menunjukkan tumpukan gambar senjata AK 47 yang disebut sebut milik Polri. “Setelah ditelusuri di internet itu gambar tumpukan senjata di konflik Yaman tahun 2016. Jadi memang tujuannya adu domba dengan modal gambar hoax,” katanya.
Kendati diyakini ini merupakan adu domba pihak luar, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pada akhirnya menjadi sasaran kritik banyak pihak, bahkan dengan kritikan yang sangat tajam. Seperti ada upaya tertentu hendak menyudutkan Jenderal Gatot Nurmantyo yang kini dipercaya memimpin TNI.
Menurut Ridlwan, isu tentang pengadaan senjata api dalam jumlah besar itu adalah upaya pecah belah oleh kepentingan asing supaya Indonesia gaduh dengan cara menarasikan saling curiga dan tuduh menuduh antar TNI, Polri dan BIN.
“Operasi intelijen asing yang sangat berbahaya karena mengadu domba para Bhayangkari negara, padahal hubungan Panglima, Kepala BIN, Kapolri harmonis dan baik-baik saja, ” katanya.
Lebih lanjut, Ridlwan secara khusus mengapresiasi respon Menko Polhukam dalam upaya menenangkan situasi yang memanas dengan melakukan klarifikasi lewat konferensi pers di kantornya pada Minggu (24/9) malam. Dia meyakini, jika isu ini terus berlanjut pasca klarifikasi Wiranto dipastikan ada kepentingan pihak tertentu terutama asing agar Indonesia terus menerus gaduh.
Koordinator Indonesia Intelligence Institute itu menghimbau masyarakat umum supaya bijak dalam menyikapi kasus ini. “Bangsa ini kuat kalau bersatu, kita akan hancur jika dipecah-belah dan diadudomba. Indonesia musti bersatu,” katanya.
Dia menambahkan masing-masing institusi intelijen punya tugas dan kewenangan sendiri-sendiri. “Intelijen TNI adalah intelijen tempur untuk kepentingan military intelligence. Tugasnya adalah memastikan pertahanan nasional kuat dari kemungkinan serangan pihak asing, berapa kekuatan senjata Singapura, berapa kapal selam Australia, itu salah satu contoh tugas intelijen tempur, ” katanya.
Ridlwan mengingatkan bahwa dalam tugas intelijen berlaku single user atau pengguna tunggal. “Intelijen negara user-nya adalah Presiden, baik itu yang berdinas di intelijen militer/Bais maupun intelijen Polri dan intelijen BIN sama-sama bertanggungjawab pada satu pengguna yakni Presiden,” kata Ridlwan lagi. (ed)
(Editor: Eriec Dieda)