Budaya / SeniGaya HidupKreativitasLintas Nusa

Pengalaman Meraih Beasiswa Dalam Diskusi Virtual FAMe & FUAS

Pengalaman meraih beasiswa dalam diskusi virtual FAMe & FUAS.
Pengalaman meraih beasiswa dalam diskusi virtual FAMe & FUAS melalui Google Meet, Selasa, (16/6) siang/Foto: buddy4study.com

NUSANTARANEWS.CO, Aceh Selatan – Pengalaman meraih beasiswa dalam diskusi virtual FAMe & FUAS. Setiap manusia pasti memiliki cita-cita dan impian dalam hidupnya. Salah satunya adalah keinginan dan idaman seorang pengembara ilmu, baik pelajar maupun mahasiswa adalah impian untuk meraih prestasi puncak, yakni mendapatkan beasiswa sebagai salah satu tujuan utama dalam mengemban ilmu pengetahuan di dunia pendidikan.

Dalam mengulas dan mendalami jalur dan siklus beasiswa, baik di dalam dan luar negeri, Forum Aceh Menulis (FAMe) dan Forum Ukhuwah Aceh Selatan (FUAS) telah melaksanakan diskusi daring/virtual dengan mengundang para pemateri yang telah menerima beasiswa melalui Google Meet, Selasa, (16 Juni 2020) siang.

Para pemateri yang diundang berasal dari kaum milenial Aceh Selatan. Usianya berkisar antara usia 25-30 tahun. Usia dini mereka telah menunjukkan segudang prestasi. Pengalaman, perjuangan, dan kisah pilu-bahagia yang dialami oleh para pemateri begitu berbeda. Mereka ada yang sedang menempuh beasiswa jalur S1, S2, bahkan sudah menyelesaikan tingkat magister.

Para pembedah telah mengulas seputaran beasiswa yang mereka raih. Sebagaimana kita ketahui bersama, beasiswa merupakan pemberian berupa bantuan finansial dan dukungan akomodasi untuk melanjutkan studi pendidikan yang diberikan kepada perorangan, mahasiswa, atau pelajar yang digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ingin ditempuh.

Beasiswa juga diartikan sebagai bentuk penghargaan yang diberikan kepada individu agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Penghargaan itu dapat berupa akses tertentu pada suatu institusi atau penghargaan berupa bantuan dan tunjangan finansial.

Beasiswa biasanya diberikan oleh pemerintah, lembaga, maupun institusi-institusi tertentu yang memang sangat peduli terhadap dunia pendidikan untuk mereka yang berlatar belakang ekonominya kurang dan ada juga kepada mereka yang memiliki segudang prestasi.

Tentunya para pemateri menyajikan dan membedah bagaimana mendapatkan beasiswa berdasarkan pengalaman, wawasan, pesan, kesan, persiapan, minat, tekad, tips, trik, dan motivasi untuk mendapatkan beasiswa. Masing-masing pemateri memaparkan   problematika yang dialami. Dengan kondisi yang proporsional dan memang tidaklah sama.

Perlu kita cermati dan telaah, kenapa sih beasiswa itu digandrungi, juga diminati sehingga menjadi primadona bagi banyak mahasiswa seantero negeri di perguruan tinggi dan alumni sekolah menengah?

Lalu, apa dan bagaimana saja keunggulan dan keistimewaan seseorang mendapatkan beasiswa sehingga semua persyaratan dan persiapannya harus matang dan detail. Yuk sama-sama kita simak bagaimana pengalaman, wawasan, pesan, kesan, persiapan, minat, tekad, tips, trik, dan motivasi para pemateri untuk mendapatkan beasiswa yang sudah mereka raih.

Pemandu acara Fachrul Malis mengatakan, acara bedah beasiswa via virtual yang diselenggarakan oleh FAMe dan FUAS telah dilaksanakan dengan lancar dan sukses. Acara yang berdurasi 2 jam tersebut juga diakhiri tanya jawab, testimoni, pesan, dan kesan dari pemateri pada sesi akhir diskusi.

“Alhamdulillah, para pemateri yang kita mintakan kesediaanya sangat antusias untuk berbagi pengalaman, pesan, kesan, dan juga harapan untuk para peserta. Mereka berbagi cerita tentang bagaimana proses untuk mendapatkan beasiswa, juga tidak lupa untuk membagikan tips dan triknya agar para peserta antusias dalam mengikuti acara ini hingga selesai,” kata Fachrul Malis putra Samadua.

Baca Juga:  Suasana Lebaran Berkilau di Pantai Lombang: Pertunjukan Seni dan Festival Layangan LED Menyambut Diaspora Sumenep

Fachrul melanjutkan, harapannya para peserta mampu terpacu dan lebih bersemangat lagi untuk mempersiapkan diri dalam memperoleh beasiswa ke depan.

“Kita doakan pastinya, feedback dan outputnya adalah melalui acara ini akan menambah wawasan dan pengalaman para peserta terkait persoalan beasiswa dalam menunjang SDM Aceh, wabil khusus Aceh Selatan yang berkualitas dan dapat bersaing di dunia global,” ujar Fachrul.

Dalam durasi dan tempo 2 jam, notulis merangkum beberapa poin dan paparan penting yang disampaikan oleh para pemateri untuk para peserta yang tidak mengikuti acara ini, juga kepada hadirin yang tidak maksimal menyimak bedah beasiswa ini hingga tuntas.

Diantaranya adalah tujuan yang ingin dicapai melalui beasiswa, keluh kesah dan pengalaman getir di awal proses tatkala mengurus persyaratan dan persiapannya, juga harapan baik dan motivasi ekstra para pemateri kepada peserta agar dapat memenuhi kriteria dan syarat untuk lulus dengan berbagai beasiswa.

Khaluka Ahsana Fitri, Awardee LPDP S2 Universitas Pendidikan Indonesia menyampaikan target awalnya untuk meraih beasiswa LPDP adalah untuk mengembangkan bidang keilmuannya, khusus di bidang pendidikan matematika.

“Saya pernah ditolak beasiswa sebanyak 7 kali selama lebih kurang 3 bulan. Itu adalah pengalaman yang tidak bisa saya lupakan seumur hidup. Mungkin banyak orang hanya melihat kesuksesan saya sekarang. Tapi pengalaman itu adalah guru terbesar dalam hidup,” kata Khaluka dengan semangat.

Khaluka menyampaikan harapan kepada para sahabat FAMe, FUAS, dan Aceh selatan khususnya. Apabila ingin mendapatkan beasiswa, yang paling didahulukan adalah luruskan niat dan jangan pantang menyerah untuk menggapai impian.

“Yang paling penting untuk seluruh peserta yang mengejar beasiswa apapun. Setelah mendapatkan beasiswa, jangan lupa dan mari bersama kita berkolaborasi dan berkontribusi untuk negeri,” harap Khaluka putri Kluet Raya.

Suci Hidayati, Theology of Islamic Student, Erciyes University, Turkiye juga menyampaikan hal senada. Untuk meraih beasiswa, kita harus bertanya pada diri sendiri dan punya kebulatan tekad yang kuat dan mental yang membaja.

“Kenapa Anda layak mendapatkan beasiswa itu? Targetnya apa dan prosesnya bagaimana? Seyogyanya kita wajib mempunyai tujuan yang jelas untuk masa depan,” kata Suci

Sebab kata Suci, beasiswa itu apabila sudah mendapatkannya merupakan satu tanggung jawab moral yang sangat luas, yaitu dunia walakhirat. Jangan hanya sekedar berfikir tujuannya hanya semata-mata demi mendapatkan uang dan menjalani kehidupan di negeri orang secara gratis. Melainkan juga, beasiswa itu amanah dan harus dipertanggung jawabkan nantinya.

“Pengalaman dilematis dalam mendapatkan beasiswa tentu setiap orang punya pengalaman dan motif yang berbeda. Ujian saya saat itu adalah keraguan untuk pergi ke Turki setelah lulus dari sekolah menengah. Persaingan sangat banyak. Diliputi oleh selaksa ambigu dengan segala persiapan dan persyaratan berkas yang sangat rumit. Sehingga sempat mau meninggalkan kesempatan beasiswa ke Turki kala itu,” keluh Suci.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Dimungkinkan Akan Menjadi 7 Fraksi

Namun Suci berpikir ulang, beasiswa dari Dikti dan undangan di salah satu kampus di Banda Aceh pun ditinggalkan, akhirnya ikhtiar terakhirnya hanyalah dipanjatkan segala harapan melalui doa dan shalat istikharah. Seyogyanya ritual ibadah dan ubudiyah yang sangat urgen pemberian dari langit (Allah Swt).

“Saya juga meminta keridhaan dari kedua orang tua. Saya memohonkan restu mereka apabila pilihan memang ke negeri Erdogan, Turki merupakan jalan dan pilihan yang terbaik, maka Allah Swt yang mudahkan segala urusan,” kenang Suci kala itu.

Tetiba di Turki, Suci sempat hampir ingin berhenti untuk meninggalkan jurusan yang telah dijalani meskipun tidak diminati dan dinikmati kala itu. Alasannya adalah berbagai faktor yg membuatnya tidak sanggup untuk menjalaninya. Namun karena dalam hati kecilnya, Suci teringat akan pengorbanan kedua orang tua. So, dia pun bertahan dan masih melanjutkan program beasiswanya.

Suci mendapat jurusan sama sekali tidak diminati dan dinikmati. Sebab jurusan yang ditempuh adalah pilihan terakhirnya. Tapi orang tuanya berpesan, jika memang jurusan itu adalah jalan terbaik buatnya, Insyaallah, Allah Swt akan membimbing Suci dan mempermudah keberangkatannya.

Suci berpesan kepada sahabat semua yang berada di nanggroe. “Bagi mereka yang ingin menempuh pendidikan di luar negeri, baik dengan full beasiswa ataupun mandiri, silahkan perbaiki niat terlebih dahulu. Pilihlah jurusan sesuai kemampuan. Yang penting perbanyak doa. Jangan putus asa saat jatuh dan tetap tegar dalam berikhtiar,” kata Suci gadis Labuhan Haji.

“Terus bangkit dan bangun mindset yang positif walaupun jatuh berkali-kali. Sebab usaha yang kita tekuni dengan sungguh-sungguh tidak pernah mengkhianati hasil. Satu lagi pesan dari saya adalah berharaplah kepada Allah Swt dan jangan pernah berharap kepada makhlukNya (Manusia). Libatkanlah selalu Allah Swt dalam setiap sendi kehidupan dan segala urusan kita,” Suci memberikan semangat kepada peserta.

Sementara Erma Suryani, Awardee LPDP 2015, S2 Universitas Gajah Mada memaparkan tentang tujuan lanjut studinya adalah ingin meningkatkan kapasasitas keilmuwan yang dimiliki, yaitu di bidang Matematika, khususnya Statistika.

“Tujuan mendapatkan beasiswa kala itu agar dapat membantu meringankan beban biaya studi lanjutan yang sudah saya niatkan dan targetkan sebelumnya. Insyaallah program beasiswa LPDP memang dapat membantu para mahasiswa dalam mewujudkan cita-cita dan impiannya dari kalangan apapun,” ujar Erma Meukek kelahiran Sawang.

Erma S. menambahkan, “Kenapa memilih LPDP adalah dukungan finansial terbaik bagi seseorang yang ingin melanjutkan studi, S2 maupun S3. Biaya yang diberikan LPDP juga bersifat transparan. LPDP juga memberikan pelayanan yang cukup baik,” katanya sembari memberi tahu keuntungan bergabung di LPDP.

Erma S. juga mengenang pengalaman  rumit dan romantika pahit tatkala mendapatkan beasiswa saat itu. Dia merasakan tatkala pemberkasan yang tak kunjung usai.

“Padahal kalau kita mau merenung dan menilik kenapa kesulitan itu ada. Mungkin karena Allah ingin menguji, melihat kegigihan/keuletan, dan ikhtiar kita,” imbuh Erma S. dengan menyemangati diri.

Baca Juga:  Transparansi Dana Hibah: Komisi IV DPRD Sumenep Minta Disnaker Selektif dalam Penyaluran Anggaran Rp 4,5 Miliar

Pengalaman elok Erma ketika mendapatkan beasiswa adalah ketika Erma sebagai calon awardee yang dapat menyelesaikan semua persyaratan yang dimiliki dengan baik dan lulus administrasi.

“Padahal pada saat itu, saya sedang dirundung ambigu karena submit di ujung deadline. Tapi tidak ada yang tidak mungkin. Apabila Allah Swt sudah menakdirkannya untuk kita. Tetap berkhusnudhan, Insya Allah semuanya dimudahkan,” lanjut Erma S.

Masih kata Erma, harapan bagi sahabat semua yang ingin melanjutkan studi, sebaiknya pelajari dulu dengan baik target jurusan dan beasiswa yang dinginkan. Sebab banyak yang merasa salah jurusan, sehingga terkendala menyelesaikan studi, padahal kebanyakan beasiswa diberikan cukup untuk masa studi yang telah ditentukan.

“Pergunakanlah setiap kesempatan dengan sebaik mungkin. Insyaallah yang dicita-citakan akan diraih dengan penuh keberkahan dan syafaat. Kuatkan niat dan sempurnakan segala ikhtiar yang ingin kita capai,” tutup Erma S.

Munji Asshiddiqi, Awardee LPDP Queensland University juga menyampaikan tujuan dan motivasinya. Tentu untuk dapat melanjutkan studi lagi. Dengan melanjutkan studi dengan beasiswa diharapkan bisa berkontribusi lebih maksimal di bidang pariwisata Aceh, ke depannya Insya Allah.

“Pengalaman getir, tentunya harus rela mengorbankan waktu bersenang-senang dan euforia. Off kan dulu dari sosial media, hingga belajar berjarak dan jauh dari orang-orang yang dicintai untuk sementara waktu,” ucap Munji putera Kluet Raya.

Pesan Munji, semoga semakin banyak yang dapat melanjutkan studi melalui beasiswa dari pemerintah. “Di Indonesia, wabil khusus Aceh sangat butuh para generasi muda yang kaya SDM dan unggul lebih banyak potensi agar nantinya mampu berkolaborasi dan bersinerji dalam memajukan Aceh diberbagai sektor,” tegas Munji menyemangati.

Sedangkan Riki Muhamanda, Delegasi Beasiswa Summer Course Eropa juga menyampaikan hal yang sama. Tujuan mendapatkan beasiswa agar dapat mengupgrade diri menjadi lebih baik lagi melalui program beasiswa. Selain itu, juga dapat merasakan pengalaman toleransi, keterbukaan pikiran, lifestyle yang positif saat berada diluar negeri.

“Pengalaman problematis saat mendapatkan beasiswa, awalnya semua beasiswa/program yang saya apply gagal. Total sekitar 80 program yang saya apply saat kuliah itu gagal semua. Namun, ternyata hasil tak mengkhianati usaha. Yang penting optimis dan punya semangat juang yang tinggi,” kata Riki.

Berbekal perbaikan dan belajar dari kekurangan dari 80 kegagalan itu, akhirnya Riki dapat lulus dan diundang pada 20 beasiswa, program, dan pertukaran di dalam dan luar negeri baik sebagai delegasi, speaker, mentor, supervisor, dll.

“Harapan saya sebagai seorang putra daerah Aceh Selatan, saya sangat berharap agar lebih banyak lagi pemuda dan mahasiswa Aceh Selatan yang berpartisipasi pada beasiswa/program nasional dan internasional. Sehingga, mereka dapat memberikan perubahan melalui aksi nyata untuk kemajuan, mengabdi, dan berkontribusi untuk daerah setelah mengemban dan mendapatkan banyak ilmu dari luar negeri,” tutup Riki putra Labuhan Haji.[]

Pewarta: Rifan FAMe

Related Posts

1 of 3,049