NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Masyarakat Indonesia, apalagi yang sudah melek digital sudah tidak asing lagi dengan yang namanya komedi tungga yang populer denganistilah stand-up comedy. Jenis lawakan stand-up comedy yang diperangkan oleh satu orang dengan julukan komika ini bisa disebut praktis.
Disebut praktis atau simple lantara tidak butuh banyak orang untuk menghibur orang lain. Cukup seorang diri di atas panggung, bicara sendiri dengan kalimat-kalimat yang memicu orang tergelitik untuk tertawa.
Ada satu komika yang datar, kalem, dengan biola sebagai satu kesatuan dari keunikan dan karakternya. Dodit Mulyanto namanya. Dulu, Dodit berprofesi sebagai guru Geografi sembari memberikan pelajaran musik dalam kegiatan ekstra kurikulerdi SD Katolik Santa Clara Surabaya dan SMP Katolik Santa Clara Surabaya.
Lulusan jurusan Pendidikan Geografi Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini kali pertama tampil dalam show stand-up comedy di sebuah kafe di Surabaya pada tahun 2012. Saat itu ia maju ke panggung tanpa persiapan apapun, dikarenakan teman-temannya yang memaksanya untuk mencoba.
Setelah itu ia mengikuti Stand-up Comedy Indonesia season 4 di Kompas TV bersama komika (stand-up comedian) lainnya seperti Abdurrahim Arsyad, Yudha Keling, Yudhit Ciphardian, dan lainnya. Namun tersisih di show ke-13.
Setelah tersisih dari panggung SUCI 4, Dodit justri menjadi komika favorit bagi banyak orang. Bukan hanya karena materi yang lucu namun pembawaannya yang kocak dan setia membawa biola ke panggung kendati kadang juga tidak dimainkan sama sekali. Ya, begitulah Dodit.
Tahukan, Anda berapa penghasilan Dodit setalah memilih menjadi seorang komika yang sekarang juga aktif main di sejumlah film layar kaca dan layar lebar?.
Kepada Raditya Dika, pada acara bincang-bincang di Channel YouTube Raditya Dika, Dodit mengaku penghasilannya kini dalam sebulan 25 kali lipat dari gaji bulanan ketika ia menjadi seorang guru. Spektakuler! Bisa dibayangkan kan berapa banyaknya penghasilan seorang komika sekelas Dodit yang masuk dalam 11 komika sukses di tanah air.
“Hidup sebagai stand-up comediyan dibandingin dengan jadi guru, itu penghasilannya berapa kali lipat? Kira-kira aja dalam sebulan,” tanya Radit ke Dodit dalam video berjudul “KAYA RAYA TAPI TINGGAL DI GUNUNG (FT. DODIT MULYANTO)“, di Channel Raditya Dika, 20 Februari 2019.
“Gimana kalau 25 kali lipat, waduhh..,” jawab Dodit datar sembari tersenyum dalam video yang sudah menempati #16 di Trending YouTube saat berita ini diturunkan.
“Astaga! Serius? Satu bulan jadi stand-up comedyan kaya sekarang, stand-up comedyan dan lain-lain, itu sama kali 25 bulan bekerja jadi guru,” tanggap Radit.
“Hmmm, sekali show,” sambung Dodit.
“Sekali show gajinya 25 kali? Berarti orang yang lagi nonton video ini semua langsung jadi stand-up comedyan. Berarti merubah hidup lo banget ya,” timpal Radit.
Dodit, yang kini dikenal sebagai selebritis Indonesia sukses, mengakui bahwa hidupnya berubah kini secara materi. Tetapi pribadi yang kalem dan santun tetap melekat dalam pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, 30 Juni 1985 itu
Banyaknya job yang dia terima, ia kini pun mampu menyejahterakan hidupnya dan keluarga. Dan, laiknya orang sukses pada umumnya, Dodit juga menginvestasikan sedikit banyak penghasilannya dengan membeli tanah di tempat yang orang tidak mungkin membelinya. Dodit menegaskah hal itu saat dikonfirmasi oleh Radit.
“Aku beli tanah itu di samping hutan. Jadi di situ sudah tidak ada orang. Tinggal aku saja. Yang lain itu cuma sawi, kol, wortel. Perkebunan itu.”
Radit pun mempertanyaka, kenapa ketika Dodit memliki banyak uang malah mau tinggal di hutan. Ternyata, Dodit terispirasi dari kehidupan orang di luar negeri. Dimana, ada orang bisa tinggal di gunung seperti yang dia lihat di acara-acara luar negeri.
“Mereka mandiri, nanam sayur sendiri, melihara ayam, ngambil telurnya sendiri, melihara ikan, ngambil ikannya sendiri. Jadi, hidup mandiri gitu,” jawab Dodit.
Tidak hanya membeli tanah di hutan, kini Dodit juga mengembangkan usaha di bidang kuliner. Dia membuka cafe bernama Kedai Dodit. Yang mana juga merupakan tempat untuk open mic di Surabaya. (riskiana/nn)
Editor: Achmad S.
