NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Bentuk dan karakter kampanya Pilpres 2018 yang dipraktikkan baik kubu capres-cawapres nomor urut 01 maupun nomor urut 02 sama-sama banyak mencari sensasi dari pada menguatkan visi misi masing-masing kandidat.
Penilaian tersebut dikemukakan oleh Peneliti Lembaga Survei Indonesia Adjie Alfaraby saa menjadi narasumber dalam diskusi polemik ‘Narasi Gaduh, Politik Kisruh’ di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (17/11/2018).
Baca Juga:
- Sebut Politik Genderuwo, Jokowi Diminta Tidak Menakut-nakuti Masyarakat
- Arief Poyuono Curiga Joko Widodo Sendiri yang Peragakan Politik Genderuwo
- Setelah Politik Genderuwo, Kini Muncul Istilah Politik Tuyul
“Kita lihat kampanye satu setengah bulan terakhir banyak sekali komentar yang sudah terbuka, ya bahwa kampanye saat ini lebih banyak noise daripada voice. Lebih banyak sensasi dibanding subtansi,” kata Adjie.
Adjie menilai masyarakat sudah mengenal para kandidat di Pilpres 2019 sehingga tidak perlu isu-isu sensasional dimunculkan ke permukaan.
Sebab, kata dia, masyarakat menunggu gagasan yang akan dilakukan oleh kedua kandidat apabila terpilih. “Sebetulnya publik berharap ada gagasan yang muncul, sehingga muncul contrasting yang lebih jelas antara kedua kandidat dan itu yang belum kita jumpai,” jelas Adjie.
Ia pun merasa khawatir minat masyarakat untuk memilih menurun apabila kedua kubu saling menjatuhkan dengan isu-isu sensasional.
Pasalnya, dia menambahkan, setiap isu yang digaungkan berpengaruh terhadap masyarakat. “Saya khawatir masing-masing kandidat maupun tim sukses akan membawa pemilih pada situasi dimana pemilih nanti akan menilai kedua kandidat sama-sama buruk.
“Sehingga nanti memilih yang terbaik dari yang buruk, bukan memilih yang terbaik dari yang baik,” tutup Adjie.
Baca Juga:
- Gerindra Sebut Politikus Sontoloyo Kalau Jadi Presiden Suka Membohongi Rakyat
- Diksi Politik Sontoloyo Tidak Etis
- Jokowi: Sontoloyo
Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana