EkonomiTerbaru

Peneliti Ekonomi Islam Sebut Optimalisasi Industri Halal Strategi Tingkatkan APBN

NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta – Peneliti Ekonomi Islam Sebut Optimalisasi Industri Halal Strategi Tingkatkan APBN. Peneliti Bidang Ekonomi Islam dari Wiratama Institute, Yudi Saputra mengusulkan, optimalisasi pengelolaan industri halal di dalam negeri mampu meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara signifikan.

“Optimalisasi industri halal di Indonesia saat ini, merupakan momentum tepat untuk meningkatkan APBN pemerintah, yang tiap tahun tampaknya makin seret,” ujar dia dalam diskusi terbatas menanggapi pembahasan APBN Perubahan (APBN-P) tahun 2017 antara pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), di Kampus UGM, Yogyakarta, Rabu (26/7/2017).

Data Global

Berdasarkan data Global Islamic Economy Report tahun 2016-2017, kata Yudi, saat ini Indonesia bertengger pada posisi 10 produsen industri halal secara keseluruhan. Indonesia, katanya lagi, masing-masing menempati posisi 9 dan 8 dalam sektor keuangan syariah dan obat-obatan serta kosmetika.

Ia menerangkan, secara keseluruhan total pengeluaran dunia dalam industri halal mencapai US$2,97 triliun. Dari angka itu, US$1,9 triliun diantaranya merupakan sumbangan dari sektor makanan, atau setara dengan Rp25.270 triliun. Angka itu belum mencakup sektor jasa Keuangan Syariah dimana aset yang dimilikinya mencapai US$3,46 triliun dan US$2,72 triliun merupakan aset Perbankan Syariah.

Baca Juga:  Alumni SMAN 1 Bandar Dua Terpilih Jadi Anggota Dewan

“Data di atas menyatakan bahwa industi makanan halal memiliki pasar yang sangat besar. Malaysia mampu bertengger pada posisi puncak, kok Indonesia tidak termasuk dari 10 besar produsen industri makanan halal,” ungkap Yudi yang juga mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Kalkulasi Penerimaan

Ia mengatakan, jika dikalkulasi ulang Pendapatan Negara tahun 2016 sebesar Rp1.822 triliun. Namun jika dibanding dengan pasar industri makanan halal dunia, maka pendapatan negara hanya berada di kisaran 7,2% dari pasar industri makanan halal dunia.

Artinya, ucap Yudi, jika Indonesia bisa menguasai 10% industri makanan halal dunia, maka penerimaan negara diperkirakan meningkat signifikan. Hal tersebut merupakan data historis, karena rata-rata sektor industri diproyeksikan tumbuh sekitar 8% dalam 4 tahun atau hingga tahun 2021.

“Jika dari potensi industri makanan halal dunia yang mencapai Rp25.270 triliun, Indonesia bisa meraup 10% saja porsinya, maka dipastikan penerimaan hanya dari industri makanan halal mencapai Rp2.527 triliun. Atau lebih tinggi dari penerimaan negara tahun 2016,” terang Yudi.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan BP2MI Tandatangani MoU Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 8